Title :: Neon
Naege Banhaesseo (You’ve fallen for me)
Pairing :: Myungsoo/Sungyeol
Cast ::
Infinite
You have fallen for me
The beginning started coincidentally for us.
At first, I’d never knew this would be love even in my dream, but it is.
Your heart keeps going thump thump
You keep smiling at me and starting to love me without even realizing it.
You have fallen for me, fallen for me, melted in my sweet love.
You have fallen for me, fallen for me, mesmerized by my charming gaze.
The beginning started coincidentally for us.
At first, I’d never knew this would be love even in my dream, but it is.
Your heart keeps going thump thump
You keep smiling at me and starting to love me without even realizing it.
You have fallen for me, fallen for me, melted in my sweet love.
You have fallen for me, fallen for me, mesmerized by my charming gaze.
***
Sungyeol terus berlari kencang. Keringat
mulai mengucur disudut pelipisnya. Ia terus berlari sesekali menoleh
kebelakang. Mereka mulai mendekati
sungyeol yang sekarang mulai kelelahan. Saat mereka hampir mendekat.
Sungyeol dengan sekuat tenaga mempercepat larinya. Dan tanpa ia sadari.
Seseorang menarik lengannya, membantu ia menyembunyikan diri dari para pengejar
itu.
“kau tunggu disini. Mereka tidak akan
melihatmu”,ucap orang itu setelah memastikan tempat persembunyiannya aman.
Mereka bersembunyi di salah satu gang kecil.
Tak lama para pengejar itu pergi entah
kemana.
Orang itu celingukan melihat kekiri dan
kekanan. Memastikan sudah benar2 aman.
“mereka sudah pergi. Ayo keluar”, ia
menyuruh sungyeol keluar.
Sungyeol keluar dari tempat
persembunyiannya. Dia berbungkuk sambil memegangi lututnya. Mengatur nafas yang
masih tersengal. Ia berulang kali mengucapkan syukur, bahwa kali ini dia
selamat.
Ia kembali berdiri. Lalu tersenyum pada
orang yang ada didepannya.
“ehm,,jongmal gomawo”
“eung,,neo gwaenchana??”
“ne,,na gwaenchana”
“err..boleh aku tahu namamu?”, tanya
sungyeol sedikit gugup.
“panggil aku L”, ucap orang itu singkat.
“aku sungyeol”, sungyeol mengulurkan
tangannya.
Dengan waktu yang bersamaan ponsel L
berbunyi. Sehingga ia tidak menghiraukan uluran tangan sungyeol.
“yeoboseyo . ah, woohyun hyung . ne,, aku
akan segera kesana”, L mengakhiri panggilannya.
“mian,,aku harus pergi”, L pun berlari
meninggalkan sungyeol.
“ah,,ne”, sungyeol terlihat sedikit kecewa.
Semakin lama, orang itu pun menghilang dari
pandangan sungyeol. Sungyeol menghela nafasnya berat.
Lalu pandangannya teralih pada sebuah benda
yang tergeletak diatas tanah. Ditempat L tadi berdiri. Sebuah dompet. Sungyeol
pun memungutnya. Dan membuka perlahan dompet itu, melihat kedalamnya.
Sebentuk senyuman terukir di bibir sungyeol
saat membuka dompet L. ia melihat kartu pelajar L. HanCheok High School.
Ya,,itu adalah tempat dimana L bersekolah.
“dengan ini aku bisa bertemu dengannya lagi
bukan?”, gumam sungyeol.
Myungsoo memasang muka masam pada orang
yang ada didepannya.”aku tahu”.
Myungsoo kini berada disebuah café di
perempatan Huang-dong. ia berlari untuk sampai kesini. Ya cukup jauh memang
dari tempatnya semula. Dan ia tidak terpikir untuk naik kendaraan. Babo? Memang.
Walaupun sebenarnya dia adalah anak pintar.
Orang yang ada didepannya ini adalah Nam
Woohyun. Namja yang mengincar kakak myungsoo yaitu Sunggyu.
“ini data tentang hyung ku. Semua lengkap
tanpa cacat satu pun”, myungsoo menyodorkan beberapa lembar kertas ke woohyun.
“ini buku yang kau mau. Semua lengkap.
Tidak ada yang kurang kan?”,
kini giliran woohyun menyodorkan buku yang diinginkan myungsoo.
Myungsoo mengambil buku dari
woohyun,”yah,,sepertinya begitu”, myungsoo tersenyum.
Semua ini salah satu dari perjanjian
mereka. myungsoo akan memberikan informasi apa saja tentang hyungnya itu kepada
woohyun. Asal woohyun mau mengikuti kemauan myungsoo. Yah, termasuk yang satu
ini. Membelikan buku untuk myungsoo. Yang memang hobi sekali membaca, apalagi cerita
fantasy petualangan.
Myungsoo tengah focus dengan bukunya. Ia
sedang mengerjakan tugas yang ada di papan tulis. Tugas dari Jung sonsaengnim.
Guru matematika.
Ditengah pelajaran terlihat kepala sekolah
membawa seorang murid pindahan kekelas myungsoo.
Kepala sekolah pun berbicara pada Jung
saengnim, lalu meninggalkan murid pindahan itu padanya.
“anak2 kita kedatangan murid baru. Nah,
silakan perkenalkan dirimu”, pinta Jung saengnim pada murid baru itu.
“annyeong na Lee Sungyeol imnida”, myungsoo
mengalihkan pandangannya pada sungyeol ketika mendengar nama itu. myungsoo
melihat sungyeol dengan tatapan heran. Ia bingung, bagaimana bisa sungyeol
berada disekolahnya.
Begitu pula dengan sungyeol. Sungyeol
mengedarkan pandangannya, seperti mencari sesuatu. Seulas senyum terukir
dibibir sungyeol saat ia melihat orang yang bertemu dengannya seminggu yang
lalu.
Karena myungsoo lah ia pindah kesekolah
ini. Tidak mudah untuk pindah kesekolah ini. Ia harus merengek dulu pada orang
tuanya. Dan berbagai cara lainnya. Dan sekarang lihat hasilnya. Akhirnya ia
bisa pindah kesekolah ini. Sungyeol pun berbangga diri, karena bukan hanya satu
sekolah tetapi juga satu kelas dengan myungsoo.
Belum sempat Jung saengnim menunjukan tempat
duduk untuk sungyeol, ia telah berlalu duluan. Ia berjalan kearah tempat duduk
myungsoo yang ternyata disebelahnya itu kosong, sungyeol pun duduk disamping
myungsoo, dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya.
“oh,, annyeong”, sapa sungyeol dengan
sangat ramah. Myungsoo menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandangannya pada
Jung saengnim. Sungyeol mengerucutkan bibirnya.
“eung,,chogio sonsaengnim”, panggil
myungsoo
“ne, myungsoo-yah”, sahut Jung saengnim
“myungsoo”, gumam sungyeol pelan
“bagaimana kalau dongwoo sudah turun. Dia
akan duduk dimana sonsaengnim?”, tanya myungsoo.
“dia bisa duduk bersama hoya dibelakang, ya
kan hoya?”,
tanya Jung sonsaengnim pada hoya.
“ne,,sonsaengnim”,sahut hoya
Myungsoo hanya bisa pasrah dengan keputusan
gurunya itu.
Pelajaran pun berlalu,, kelas perlahan
mulai kosong. Hanya ada beberapa murid dikelas. Termasuk sungyeol dan myungsoo.
“untuk apa kau masuk kesekolahku?”, tanya
myungsoo tiba2 pada sungyeol. Ia melepas kacamatanya dan memasukkannya kedalam
tas.
Sungyeol berhenti memasukan bukunya kedalam
tas, “memang kenapa?? Tidak boleh”
“aku menanyakan alasanmu”, myungsoo menatap
dingin ke sungyeol.
“aku selalu di bully disekolah lama ku.
Makanya aku pindah,dan..”, ucapan sungyeol menggantung.
“dan apa??”
‘dan karena dirimu’, ucap sungyeol hanya
dalam hati. “dan tidak apa-apa”.ucapnya cepat.
“neo??”, sunyeol menunjuk myungsoo.
Myungsoo mengangkat alisnya,”waeyo?”,
tanyanya ketus.
“namamu myungsoo bukan L?”
“ne”
“tapi,, waktu itu kau bilang namamu L”,
“sudahlah tidak penting. Aku ingin pulang”,
myungsoo bersiap akan berdiri ketika sebuah tangan menahannya. Ia kembali
duduk.
“ada apa lagi?”, tanya myungsoo, masih
dengan tatapan dingin.
“ini”, sungyeol menyodorkan sebuah dompet
pada myungsoo.
Myungsoo dengan cepat mengambil dompet itu
dari tangan sungyeol,”oh,god. Jadi selama ini, dompetku bersamamu?”
Sungyeol mengangguk mengiyakan.
Myungsoo membuka-buka dompetnya memeriksa
isinya.
“yaa,, tidak ada yang hilang. semua utuh”,
ucap sungyeol melihat gelagat myungsoo yang sempat menatapnya curiga.
“ehm, gomawo”, myungsoo kembali berdiri
bersiap untuk pergi.
“chamkanman”, lagi2 sungyeol menahan
myungsoo.”aku ikut denganmu”
“andwaeyo”, ucap myungsoo ketus lalu
meninggalkan sungyeol dikelas sendiri.
“huh! Dingin sekali. Dia memang lebih cocok
bila dipanggil dengan nama L daripada myungsoo. Berbeda saat waktu itu. sisi
malaikatnya langsung menghilang entah kemana,, argh.”, ucap sungyeol frustasi.
“hyung, kau dari mana?”, myungsoo melepas
kacamata bacanya, melihat kearah hyungnya yang baru datang.
“jalan”,jawabnya singkat.
“aku tahu, maksudku kemana?”
Sunggyu menghempaskan tubuhnya ke sofa,
duduk disamping myungsoo “bukan urusanmu”,
“kau habis berkencan dengan woohyun hyung
ya?”
“itu kau tahu. Kenapa masih bertanya”
“hanya memastikan”, myungsoo kembali
memasang kacamatanya dan kembali membaca buku yang sempat tertunda.
“melelahkan sekali”, keluh sunggyu.
“lelah kenapa? Pacaran dengan woohyun hyung
atau acara jalan2nya?”, tanya myungsoo tanpa mengalihkan pandangannya dari buku
yang ia baca.
“dengan woohyun”
“wae?”
“dia manja”
“putus saja kalau begitu”, ucap myungsoo
enteng.
PLETAK !!
Sunggyu mengambil buku yang myungsoo baca
dan memukulkannya pada myungsoo.
“yaa,,hyung, apeuga”,rintih myungsoo.
“makanya jangan ngomong sembarangan”,
“hyung bilang lelah pacaran dengan woohyun
hyung. Putus saja kan
kalau begitu”
“masalahnya, aku terlalu cinta sama dia”
“makanya hyung,, jangan pernah jual mahal.
Tidak kusangka perjuangan woohyun hyung ternyata tidak sia-sia”, myungsoo
tertawa jahil pada hyungnya.
Ting tong,, bel rumah myungsoo berbunyi.
“sana
buka pintunya”,sunggyu mendorong badan myungsoo.
Mau tidak mau, myungsoo pun bangun dari
duduknya. Berjalan menuju pintu.
Dengan enggan myungsoo membuka pintu
rumahnya. Dan tanpa diduga sungyeol yang muncul dari balik pintunya.
“annyeong”, sapa sungyeol.
“neo?”, myungsoo menunjuk sungyeol yang
berada didepan pintu rumahnya.
“ne,,annyeong”, sapa sungyeol lagi.
“sedang apa kau disini?”
“mengunjungimu”
“tidak boleh”,ucap myungsoo lagi2 dengan
ketus. Tidak hanya itu, myungsoo pun menutup pintunya didepan wajah sungyeol.
“yaa,,isshh”, kesal sungyeol
Myungsoo kembali masuk, dan membiarkan
sungyeol yang berada diluar.
“siapa ?”, tanya sunggyu, ketika melihat
myungsoo kembali.
“penjual koran”, myungsoo kembali duduk dan
kembali membaca bukunya.
Sunggyu menatap myungsoo bingung. Tanpa
banyak tanya lagi. Sunggyu berdiri lalu berjalan menuju pintu. membuka pintu
secara perlahan.
Sunggyu setengah kaget melihat sungyeol yang
berdiri didepannya.
“ah, sunggyu hyung. Annyeong”, sapa
sungyeol ceria.
“sungyeol, sedang apa aku disini?”
“aku ingin bertemu myungsoo,hyung”
“ah, myungsoo babo. Dia tega membiarkanmu
diluar. Ayo masuk”, sunggyu mempersilakan sungyeol untuk masuk. Sungyeolpun
mengikuti sunggyu dari belakang menuju ruang tamu.
“yaa,,babo namja”, sunggyu memukul kepala
myungsoo yang tengah serius membaca bukunya.
Myungsoo tersentak kaget,”yaa,hyung”,
teriaknya.
Myungsoo melihat ke hyungnya, dan kaget
saat melihat sungyeol yang berada disebelah sunggyu.
“kau? Siapa yang menyuruhmu masuk”,
myungsoo berteriak pada sungyeol. Yang diteriaki hanya diam saja.
“aku yang menyuruhnya masuk. Tidak boleh.
Kau tega sekali pada sungyeol. Sungyeol sudah jauh2 mengunjungi mu kemari. Tapi
kau membiarkannya sendirian diluar”, marah sunggyu.
“aku juga tidak menyuruhnya untuk
mengunjungiku”, balas myungsoo
PLETAK! Lagi2 sunggyu memukul kepala
myungsoo.
“yaa hyung! Hobi sekali kau memukul kepala
ku. Lama2 aku bisa bodoh, jika kau pukul terus”, protes myungsoo.
“tanpa ku pukul pun, kau memang sudah bodoh
myungsoo”,
“maksudmu apa hyung?”,
“sudahlah, aku tidak ingin berdebat lagi
denganmu. Temani sungyeol. Jangan kau acuhkan dia”, ucap sunggyu sambil berlalu
masuk kekamarnya.
“memang dia siapa?”, tanya myungsoo ketus.
“dia adiknya woohyun”, seru sunggyu dari
dalam kamar.
“woohyung hyung?”, tanya myungsoo dengan
raut wajah bingung
“ya, siapa lagi”
“geezz,, arayo”, teriak myungsoo.
“ayo kita kekamar”, ajak myungsoo.
“untuk apa?”, tanya sungyeol.
“kita bicara dikamarku saja”, myungsoo pun
berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Sungyeol mengikutinya dari belakang.
Sesekali sungyeol tertawa kecil mengingat tingkah myungsoo.
“yaa,,kenapa kau tertawa. Ada yang lucu?”, myungsoo berhenti dan
melihat kearah sungyeol.
“eopseo”, sungyeol berhenti tertawa. Lalu
kembali mengikuti myungsoo yang telah sampai dikamarnya.
Myungsoo membuka pintu kamarnya. Sungyeol
pun ikut masuk.
Sungyeol sedikit takjub ketika melihat
kamar myungsoo. Yang hampir sebagian kamarnya dipenuhi dengan foto pemandangan kota seoul.
Sudut pengambilan gambarnya benar2 keren. Seperti fotografer professional saja.
“myungsoo, semua ini hasil jepretan mu ?”,
tanya sungyeol dengan takjub. Matanya masih tertuju pada gambar2 itu.
“ya”, jawab myungsoo singkat.
Myungsoo mengambil posisi duduk di atas
kasurnya.
“kau hobi fotografi?”, tanya sungyeol pada
myungsoo. Ia duduk di atas kasur dan mengahadap ke myungsoo.
“tidak juga. Tapi kurasa kamera adalah
hidupku”
“kenapa begitu?”
“entahlah”, kini ucapan myungsoo sedikit
melunak pada sungyeol. Tidak seperti tadi.
Myungsoo menyandarkan tubuhnya. Dan kembali
membaca bukunya.
“ehm, mungkin ,karena kamera tidak pernah
bisa berbohong”, ucap myungsoo tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
“maksudmu?”, sungyeol kembali bingung.
“kau artikan saja sendiri”, ucap myungsoo
kembali ketus. Sungyeol hanya bisa memanyunkan bibirnya.
Sungyeol kembali mengamati gambar2 yang
terpampang didinding kamar myungsoo. Lalu, pandangannya terhenti pada sebuah
kamera yang berada diatas meja belajar myungsoo. Perlahan sungyeol bangun dari
duduknya dan mengambil kamera myungsoo.
Ia membidikan kameranya kearah myungsoo
yang tengah serius dengan buku bacaannya.
KLIK
Myungsoo sadar sebuah blitz mengarah
padanya. ia menghentikan acara membacanya dan melihat kearah sungyeol dengan
tatapan marah.
“yaa,,mwo itneungeoya??”
“err,, aku hanya ingin mencoba kamera mu”,
ucap sungyeol gugup.
“kembalikan kameraku”
“ya baiklah”, sungyeol meletakkan kembali
kamera myungsoo diatas meja. Sedangkan myungsoo kembali memfokuskan dirinya
membaca buku.
Sungyeol menatap myungsoo dengan jengkel.
Jika seperti ini. Sama saja dia diacuhkan oleh myungsoo. Walaupun myungsoo
sudah berbaik hati mengajak sungyeol kekamarnya, jika tidak berbicara sedikit
pun. Apa bedanya.
“oh ya,, kau adiknya woohyun hyung?”, tanya
myungsoo tiba2. myungsoo mengambil posisi duduk menghadap sungyeol.
“ya,,wae?”
“marga kalian berbeda. Bagaimana bisa?”
“oh, kami saudara tiri”, myungsoo hanya
menganggukan kepala, mengerti penjelasan sungyeol.
Dan myungsoo kembali dengan bukunya.
‘diacuhkan lagi’, gumam sungyeol.
Lama sungyeol terdiam. Berkali-kali
mengamati kamar myungsoo membuatnya bosan. Karena bosan dengan kejenuhannya.
Sungyeol mengalihkan pandangan pada myungsoo.
Tanpa ia sadari, ternyata myungsoo telah tertidur pulas dengan buku
menutupi wajahnya. Sungyeol mendekati myungsoo. Mengambil buku yang menutupi
wajah myungsoo, dan melepaskan kacamata yang masih terpasang di matanya.
Sungyeol tersenyum ketika melihat wajah myungsoo yang tengah terlelap.
‘manis’,pikirnya.
Sungyeol berjalan mengambil kamera yang
tergeletak diatas meja myungsoo. Dan memotret myungsoo yang sedang tertidur.
KLIK
Sungyeol melihat hasil jepretannya. Senyum
mengembang dikedua sudut bibirnya. Gotcha
Kini ia meraih ponsel yang berada di saku
celananya. Lalu memotret myungsoo dari jarak dekat. Setelah selesai. Sungyeol
memasukkan kembali ponselnya.
lalu ia mengambil secarik kertas yang ia
tulis. Dan meletakkannya disamping myungsoo
dengan kameranya. Sungyeol kembali
tersenyum sebelum keluar dari kamar myungsoo.
Myungsoo mengucek kedua matanya. Ia bangun
dari tidurnya. Myungsoo melihat kearah jam dinding yang ada didepannya. jam
sudah menunjukkan waktu makan malam.
Myungsoo melirik keatas meja, disamping
tempat tidurnya. Ia melihat kamera tergeletak disitu dengan secarik kertas
disampingnya.
Ia meraih kertas itu dan membacanya.
Wajah mu sangat manis saat kau tertidur
Dan untung saja aku bisa mengabadikannya
Jika kau penasaran dengan wajahmu itu,
Lihat saja dikamera mu ,,hihi
Oh,ya jangan
mencariku saat aku tidak ada ya,,
Have a nice dream , myungsoo-yah ^^
Selesai membaca pesan dari sungyeol.
Myungsoo meraih kameranya. Dan mencari gambar dirinya. Jelas saja, dikamera itu
terlihat dirinya yang tengah tertidur pulas. Dengan jengkel myungsoo pun
menghapus gambarnya
Sungyeol berlari-lari untuk sampai
kekelasnya. Lorong kelas masih sepi. Ia berlari bukan karena sungyeol takut terlambat
atau apa. Ia hanya ingin sampai kekelas dengan cepat sebelum myungsoo datang.
Sungyeol terengah-engah saat sampai didepan
pintu kelasnya. Ia memegang daun pintu. dan tangan sebelahnya lagi memegang
dadanya. Sungyeol tersenyum saat melihat kedalam kelas, myungsoo belum datang.
ia hanya melihat Hoya yang duduk dikursi belakang dan tengah asik menikmati
musik dari earphone-nya. Dan beberapa murid lainnya.
Sungyeol berjalan santai menuju tempat
duduknya. Lalu duduk dengan tenang menunggu myungsoo datang.
Tak lama orang yang ditunggu-tunggu oleh
sungyeol pun datang. myungsoo berjalan menuju tempat duduknya dengan tatapan
dingin dan datar. Tidak ada ekspresi sama sekali.
‘wajahnya sangat menakutkan’, ucap sungyeol
dalam hati.
“myungsoo annyeong”, sapa sungyeol dengan
ceria. Mencoba membuat myungsoo untuk tersenyum. Tapi apa yang didapat oleh
sungyeol. Hanya tatapan deathglare myungsoo.
“tidak bisa kah kau diam? Pagi2 sudah ribut”,
ucap myungsoo setelah duduk dikursinya.
“aku tidak bisa diam jika melihatmu”, goda
sungyeol.
“terserah
padamu”, ucap myungsoo tak peduli.
Sungyeol diam2 mengikuti myungsoo yang
pergi keperpustakaan. Sungyeol mengambil posisi duduknya didepan myungsoo.
Jarak mereka hanya dipisahkan oleh dua meja yang ada didepan sungyeol. Myungsoo
yang tengah focus membaca buku, tidak sadar jika dari awal sungyeol terus
memperhatikannya.
Entah apa yang dirasakan sungyeol saat ia
mengamati wajah myungsoo. Walaupun myungsoo terus bersikap kasar padanya, tapi
ia merasa nyaman jika berada didekat myungsoo.
Sungyeol bangun dari duduknya, berjalan
mendekati myungsoo. Ia duduk dikursi kosong didepan myungsoo. Sungyeol
menurunkan buku yang dibaca myungsoo, sehingga sungyeol bisa melihat dengan
jelas wajah myungsoo. Myungsoo menunjukkan raut bingung.
“mwoya?”, tanya myungsoo.
Sungyeol melepas kacamata myungsoo. Lalu
meletakkannya didekatnya. Myungsoo masih sedikit bingung dengan tindakan
sungyeol. Dalam diam sungyeol mulai mengamati wajah myungsoo.
“kau lebih tampan tanpa kacamata. Seperti
pertama kali kita bertemu”, sungyeol tersenyum.
“aku tetap tampan memakai apa saja”,
myungsoo mengambil kacamata dan memakainya,lalu kembali membaca bukunya.
Begitu pula dengan sungyeol, ia kembali
menurunkan buku yang dibaca oleh myungsoo. Dengan enggan myungsoo kembali
menatap sungyeol.
“tidak bisakah kau melihatku?”, pinta
sungyeol.
“tidak”, balas myungsoo ketus.
“dan tidak bisakah kau berhenti
menggangguku?”,ucap myungsoo ketus sambil menatap dingin kearah sungyeol.
“tidak”,sungyeol mengikuti cara bicara
myungsoo.
“kau akan menyesal melewatkan namja manis
dan tampan sepertiku”,ucap sungyeol lagi.
“aku lebih menyesal bila nanti bersamamu”,
myungsoo kembali mengarahkan pandangannya kebukunya
“iishh”, kesal sungyeol.
Pelajaran telah usai. Anak2 pun mulai
berhamburan keluar kelas.
Myungsoo mengeluarkan kamera dari tasnya.
Dan mengalungkannya keleher. Sungyeol yang melihatnya pun menegurnya.
“myungsoo, kau ingin memotret?”, tanya
sungyeol.
“tidak”, jawab myungsoo singkat seperti
biasa.
“lalu?”
“aku ingin pergi ke klub”
“boleh aku ikut?”
“tidak boleh”, myungsoo langsung
meninggalkan sungyeol yang tengah menatapnya kesal. Ia dengan malas memasukkan
buku2nya kedalam tas.
Tiba2 seseorang menepuk pundak sungyeol.
Sungyeol melihat dongwoo dan hoya yang tengah tersenyum padanya.
“jangan terlalu dipikirkan. Myungsoo memang
seperti itu”, hibur hoya. Sungyeol hanya membalas perkataan hoya dengan seulas
senyum.
Myungsoo masih sibuk dengan kamera dan
objek2nya. Saat ia ingin membidikan kamera kearah lapangan, ia melihat sungyeol
berada dilapangan dengan seorang namja. Sungyeol terlihat sedang menolong namja
itu.
Sungyeol mengulurkan tangannya pada namja
yang ada didepannya. ia tidak sengaja menabrak namja itu, sehingga namja itu
tersungkur ketanah. Namja itu menerima uluran tangan sungyeol. Sungyeol pun
membantu namja itu berdiri.
“mianhae, neo gwaenchana?”
Namja itu membersihkan pasir yang menempel
di tubuh dan kakinya. Ia tersenyum melihat sungyeol,”gomawo sunbaenim. Na
gwaenchana” sungyeol membalas senyumannya.
“jangan memanggil ku sunbae. Panggil saja
sungyeol hyung”, ucap sungyeol ramah.
“geurae sungyeol hyung. Sungjong imnida”,
namja itu memperkenal kan
dirinya.
Myungsoo yang dari jauh memperhatikan
mereka, tanpa sadar, ia mengarahkan kameranya pada mereka. tepatnya kearah
sungyeol. Entah apa yang menariknya untuk memotret sungyeol. Hanya saja
menurutnya senyuman sungyeol sangat tulus dan .. manis.
Ia sedikit menyesal kenapa selama ini ia
tidak menyadari betapa indahnya senyuman sungyeol. Sungyeol selalu memperlihatkan
senyuman itu padanya. tapi ia selalu tidak peduli dengan sungyeol.
“kau tidak pulang?”, dongwoo mengalungkan
lengannya di leher myungsoo.
Myungsoo yang tengah asik melihat gambar
yang ada dikameranya mendongak menatap dongwoo,”aniyo, masih ada kegiatan
klub”, dongwoo mengangguk pelan
dongwoo ikut memperhatikan gambar yang ada
dikameranya myungsoo.
“itu sungyeol kan?”, tanya dongwoo sambil menunjuk kearah
kamera myungsoo.
Myungsoo mengangguk pelan. Dongwoo
menyeringai. Myungsoo mengangkat alisnya ketika melihat ekspresi dongwoo.
“wae??”,
Dongwoo memutar bola matanya,”aniyo”.
“kau aneh”,seru myungsoo
Myungsoo memainkan sendok diatas piringnya.
Tanpa ada tanda2 akan menyuapkan makanannya kemulut. Entah apa yang tengah ia
pikirkan. sunggyu hanya bisa menatap bingung melihat kelakuan adiknya itu.
Myungsoo berkali-kali menghembuskan nafas
beratnya. Menatap kosong kearah piring.
Myungsoo mendongakan kepalanya. Menatap
kearah sunggyu dengan serius. Sunggyu yang ditatap myungsoo seperti itu menjadi
bergidik.
“hyung, rasanya jatuh cinta itu seperti
apa?”, tanya myungsoo tiba-tiba.
Sunggyu mengangkat sebelah alisnya. Ia
mendekati myungsoo, lalu meletakkan punggung tangannya kedahi myungsoo.
“kau sedang aneh, gila, atau stress?”, ucap
sunggyu menyindir.
“yaa,,hyung. Kata2 yang kau keluarkan itu
sungguh tidak enak”,protes myungsoo.
“aku tidak menyuruhmu untuk memakannya”
“hyung, aku serius”
Sunggyu kembali kekursi. Lalu bertopang
dagu, sambil menatap kearah myungsoo,”kau sedang jatuh cinta?”
Myungsoo menggidikan bahunya,”entahlah
hyung. Aku tidak yakin”
Sunggyu mencibir,”dasar babo namja”,
sunggyu berdiri dan meninggalkan myungsoo.
“yaa,,hyung”,teriak myungsoo yang tidak
dihiraukan oleh sunggyu.
Sungyeol mengayun-ayunkan kakinya. Ia duduk
dibangku panjang dekat lapangan. Ia menatap kakinya, sambil menerawang. Kenapa
myungsoo sangat membencinya? Kenapa myungsoo terus menghindarinya? Kenapa
myungsoo tidak pernah mau menatapnya?
Selama ini sungyeol selalu berusaha untuk
membuat myungsoo tersenyum padanya. tapi apa yang ia dapat hanya bentakan dan
tatapan dingin dari myungsoo. Memanggil namanya pun myungsoo tidak pernah.
‘hah, haruskah aku menyerah’, ucap sungyeol
seraya menghembuskan nafasnya.
Diwaktu yang sama, sungjong diam-diam
mendekati sungyeol yang tengah melamun.
“sungyeol hyung”, teriaknya tepat ditelinga
sungyeol. Sungyeol pun terlonjak kaget.
“yaa”, teriak sungyeol seraya memegangi
dadanya. Sungjong hanya tertawa melihat muka sungyeol yang terlihat lucu karena
kaget.
“aa~ sungjongie ige mwoya??”
“a, mianhae hyung”, sungjong ikut duduk
disamping sungyeol dengan masih tertawa.
“aku melihat mukamu yang mendung itu hyung.
Jadi aku iseng untuk mengagetkan mu. Waeyo?”, tanya sungjong lembut.
Sungyeol menggelengkan
kepalanya,”gwaenchaneunde”,
“na anmideo, neo geotjimal,geuraeyo?”,
sungjong menatap sungyeol. Ada
sisi kehangatan dimatanya. “hyung, kau sedang menyukai seseorang yah?”, tebak
sungjong.
Sungyeol sedikit terkejut mendengar
pernyataan sungjong,”begitu terlihatnya kah diwajahku?”
“geurasseo,, nan majayo? Kau sedang jatuh
cinta?”, sungjong terlihat senang karena tebakannya benar.
“ya,,aku menyukai seseorang”
“jinjja?? Apa aku mengenalnya?”, tanya
sungjong semangat.
“myungsoo”
“aa~,aratchi. Kim myungsoo pemegang skor
academic tertinggi disekolah ini”, jelas sungjong.
“sepintar itu kah dia?”, sungjong
mengangguk.
“dia menjadi kebanggaan guru2, bahkan
banyak yeoja yang sudah menyatakan cintanya pada myungsoo. Yah, nasib saja
hyung. Mereka semua ditolak”, jelas sungjong.
“dia juga pasti akan menolakku”,ucap
sungyeol putus asa.
“jika tidak bagaimana hyung?”, ucap
sungjong meyakinkan.
“tidak mungkin. Dia saja membenciku”,
sungyeol menatap sungjong dengan tatapan sedih.
“yakin pada dirimu sendiri hyung”, sungjong
menepuk2 pundak sungyeol lalu mengepal kan
kedua tangannya dan mengangkatnya ke udara ,”sungyeol hyung hwaiting”
Sungyeol tersenyum melihat tindakan
sungjong,”gomawo sungjong-ah”
Sungyeol kini berada dikelas. Pelajaran
baru saja dimulai. Park saengnim tengah menjelaskan didepan. Bukannya
memperhatikan penjelasan park sonsaengnim, sungyeol malah memperhatikan wajah
myungsoo. Sesekali ia menatap myungsoo yang ada disampingnya. Jelas saja
myungsoo menyadari jika ia sedang diperhatikan. Myungsoo menoleh kearah
sungyeol, lalu melepas kacamatanya.
“yaa,,bisakah kau tidak menatapku seperti
itu”,
“tidak bisa”, ucap sungyeol sekenanya.
“gezz,, aku bosan melihat tatapan mu itu”,
myungsoo kembali mengarahkan pandangannya kedepan.
“tapi aku tidak bosan melihat wajahmu”., ucap
sungyeol sambil tersenyum tipis.
Ada perasaan tersendiri saat myungsoo mendengar pernyataan sungyeol.
Benarkah ia sedang jatuh cinta? Pada sungyeol?
Myungsoo begitu naïf untuk menyadari
perasaannya. Bahwa sebenarnya ia
menyukai sungyeol.
‘hah’, kesekian kalinya sungyeol menghela
nafasnya. Seakan ingin membuang beban berat yang dialaminya.
Hoya yang ada disebelahnya hanya melihatnya
dengan tatapan bingung. Mereka berdua sedang berada disebuah taman.
Hoya menepuk-nepuk pundak sungyeol.
Sungyeol menoleh dan menatap kearah hoya.
“wae??”, tanya sungyeol
Hoya mengangkat sebelah alis matanya. Tidak
mengerti dengan arah pertanyaan sungyeol,”wae?? Aku hanya ingin menyemangatimu”
“o”,sahut sungyeol singkat.
“yaa, tidak adakah kata2 yang lebih pendek
dari pada itu”,ucap hoya agak tersinggung dengan jawaban sungyeol.
Sungyeol
menggeleng,”ckck,,chotta,,chotta..itu jawaban yang paling keren uri
sungyeolie”, geram hoya.
“dilihat dari manapun kau seperti tidak
pantas hidup”, lanjut hoya.
Sungyeol menjitak kepala hoya. Hoya
meringis kesakitan.”seperti itukah kau terhadap temanmu”,omel sungyeol.
“aishh,,kau ini. Aku berusaha untuk
menghiburmu sungyeol”
“menghibur?? Apanya yang menghibur hoya?”
“lihat! Kau tidak murung lagi kan”, ucap hoya sambil
menunjuk wajah sungyeol.
“geuraeyo. Aku memang tidak murung, tapi
aku marah hoya”, sungyeol terlihat kesal. Hoya menunjukkan wajah imutnya.
“aa,,mianhae”, canda hoya.
Sungyeol memutar bola matanya. Wajahnya
kembali murung.
“sudahlah sungyeol”, hibur hoya sambil
menepuk-nepuk pundak sungyeol pelan.
“sudah apanya?”, tanya sungyeol tidak
mengerti.
“jangan berpua-pura. Ini karena myungsoo kan?”, sungyeol
mengangguk pelan.
“sungyeol”, panggil hoya. Sungyeol memutar
bola matanya menatap hoya,”sebenarnya myungsoo tidak percaya cinta”
sungyeol menatap hoya tidak percaya saat
mendengar ucapan hoya.”jinjjayo?”
“ne”,ucap hoya seraya menganggukkan
kepalanya.
“kenapa ??”, tanya sungyeol penasaran.
“dulu sekali. Saat dia menyukai seseorang.
Orang yang disukainya itu malah meninggalkan myungsoo”, jelas hoya.
“orang itu meninggal?”
Hoya menggeleng,”aniyo, dia pergi ke
amerika. Lalu, tidak ada kabar setelah itu. dan semenjak itu, myungsoo tidak
ingin lagi jatuh cinta”
Sungyeol terdiam saat mendengar cerita hoya
tentang myungsoo. Karena itukah berkali-kali myungsoo menolaknya. Ia bisa
mengerti perasaan myungsoo. Ada
kenangan tersendiri bagi sungyeol saat mendengar cerita hoya.
Minggu pagi, myungsoo tengah
bermalas-malasan ditempat tidurnya. ia membolak-balikkan halaman buku dengan
malas. Ia melepas kacamata bacanya, kemudian berdiri dan mengambil kameranya
yang berada diatas meja.
Ia berjalan kearah balkon. Lalu membidikan
kameranya pada pemandangan yang ada diluar. Langit. objek pertama yang dipotretnya.
Sunggyu berada diruang makan. Tengah sibuk
menyiapkan makan siang, untuknya dan untuk adiknya. Kedua orang tua mereka
sedang berada diluar kota.
Sunggyu sudah terbiasa mengurus rumah seperti ini. Hanya dia yang peduli dengan
keadaan rumah. Sedangkan myungsoo. Ya, punya kesibukan sendiri. Memotret objek
yang tidak penting. Setidaknya itu menurut sunggyu.
Ting tong, suara bel berbunyi. Sunggyu yang
sedang berada didapur dengan terpaksa harus membukakan pintu. ia melepaskan
celemek yang dipakainya. Kemudian berlari untuk membukakan pintu.
“ne, chamkanmanyo”,teriak sunggyu dari
dalam. Lalu ia membuka pintu dengan perlahan.
“a, sungyeol-ah, deuroga”, ajak sunggyu.
“ne, hyung”, sungyeol mengikuti sunggyu
masuk.
“err, hyung. Myungsoo ada?”, tanya
sungyeol.
“ah ne, dia ada di kamar. Kau langsung naik
saja ya. Aku harus menyiapkan makan siang dulu”,
“ye, hyung. Gomawo”, sungyeol langsung
pergi kekamar myungsoo.
---
Tok.tok. sungyeol mengetuk pintu kamar
myungsoo.
“masuk”, seru myungsoo.
Sungyeol membuka pelan pintu kamar
myungsoo,”ehm,,annyeong myungsoo”, myungsoo menoleh ke sumber suara.
Myungsoo menatap kaget kearah
sungyeol,”neo, wae irae?”, tanya myungsoo, seperti biasanya dengan nada dingin.
“aku ingin mengunjungimu”, ucap sungyeol
hati2.
“sudah kubilangkan. Aku tidak ingin
dikunjungi. Apalagi olehmu”, myungsoo memutar bola matanya. Seolah-olah tidak
ingin menatap sungyeol.
Myungsoo kembali sibuk dengan kameranya.
Sungyeol perlahan berjalan mendekati myungsoo. Lama mereka terdiam.
“aku bisa mengerti perasaanmu”, sungyeol
membuka pembicaraan.
Myungsoo memutar bola matanya, menatap
sungyeol tajam,”apa maksudmu?”.
“kau ditinggalkan oleh orang yang kau
suka”, ucap sungyeol. Myungsoo semakin tidak mengerti ucapan sungyeol.
“karena itu kau tidak percaya dengan cinta,
iya kan?
Karena itu kau tidak pernah menerima ku,iya kan? Karena itu kau terus membenci dan
menghindariku”, ucap sungyeol bertubi-tubi. Myungsoo menatap sungyeol tidak
percaya dengan ucapan sungyeol.
“yaa”, teriak myungsoo.
“itu hanya masa lalu myungsoo. Hanya masa
lalu”, kali ini suara sungyeol sedikit meninggi.
Raut muka myungsoo seketika itu berubah,
“neo. Ciksoriya”, marah myungsoo.
“tidak bisakah kau melupakannya myungsoo”,
mohon sungyeol.
“tahu apa kau soal hidupku? Tidak cukupkah
kau mengangguku? Hah!” teriak myungsoo. Sungyeol hanya bisa terdiam melihat
myungsoo. Semarah itukah myungsoo padanya.
"Pergilah, dan jangan pernah muncul
dihadapanku lagi. Aku tidak ingin melihat wajahmu itu”, mata sungyeol terlihat
merah, yang berusaha menahan air matanya. Tidak menyangka myungsoo akan semarah
itu padanya. ini kah kebencian myungsoo.
Tanpa banyak berkata lagi. Sungyeolpun
berlari dan pergi dari kamar myungsoo. Dengan cepat ia berlari menuruni anak
tangga. sunggyu yang daritadi menyadari ada yang tidak beres dilantai atas,
segera berlari pergi kekamar myungsoo. Tapi saat ingin menaiki tangga. sunggyu
melihat sungyeol yang bergegas turun.
“yaa, sungyeol-ah. Wae iriya?”, teriak
sunggyu saat sungyeol melewatinya tanpa berkata apapun.
Sunggyu menggelengkan kepalanya tidak
mengerti. Dengan cepat ia berlari kearah kamar myungsoo.
“yaa,, myungsoo. Wae iriya?”, tanya sunggyu
setelah masuk kekamar myungsoo.
Kini kamar myungsoo terlihat berantakan.
Buku-buku yang biasanya tertata rapi dirak, berhamburan entah kemana. Sunggyu
semakin bingung. Apa yang sebenarnya terjadi. Myungsoo terlihat membenamkan
wajahnya dengan bantal. Sunggyu perlahan mendekati myungsoo. Dia duduk ditepi
tempat tidur disamping myungsoo. Dengan pelan sunggyu menarik bantal yang menutupi
wajah myungsoo. Myungsoo menatap kearah sunggyu. Myungsoo terlihat frustasi.
Rambutnya terlihat acak-acakan.
“myungsoo-yah, waeyo?”, tanya sunggyu
pelan.
Myungsoo menggeleng lemah. Kemudian,
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“aku melukainya hyung”, ucap myungsoo
lemah.
Sunggyu menatap sedih myungsoo,”kau
menyukai sungyeol?”
Myungsoo menatap sunggyu,”ne, hyung. Aku
baru menyadari. Kalau aku benar2 mrnyukainya”
Sunggyu tersenyum mendengar pernyataan
myungsoo.’aku tahu’, gumam sunggyu.
Pagi disekolah, suasana begitu berbeda.
Sungyeol tidak lagi menunjukkan keceriaannya. Dia lebih banyak merenung.
Sepanjang jalan menuju kelasnya. Sungyeol berjalan seakan tanpa arah.
Sebenarnya hari ini, sungyeol terlalu malas untuk masuk kelas. ia belum siap
jika bertemu myungsoo. Tapi tidak ada alasan bagi sungyeol untuk membolos.
Sungyeol dengan gontai masuk kedalam
kelasnya. Sungyeol melihat kearah kursinya dan myungsoo,masih kosong. Myungsoo
belum datang. kemudian sungyeol berjalan melewati kursinya yang berada
dideretan ketiga. Ia malah berjalan kearah meja dongwoo dan hoya. Sungyeol
berhenti tepat didepan meja mereka. hoya dan dongwoo mendongak melihatnya.
Mereka berdua melihat satu sama lain lalu melihat kearah sungyeol dengan
mengangkat sebelah alis mereka masing-masing. Meminta penjelasan.
“dongwoo-ya, bolehkah aku duduk dengan
hoya, jebal”, ucap sungyeol seraya tersenyum penuh harap.
Dongwoo berpikir sejenak, kemudian
menganggukan kepalanya. Mengabulkan permintaan sungyeol. Tanpa banyak bertanya
dongwoo pun berdiri dan duduk ditempat asalnya. Tempat duduk sungyeol.
“gomawo dongwoo-ya”, dongwoo hanya
membalasnya dengan senyuman.
Dengan senang sungyeol duduk disamping
hoya. Meletakkan tasnya diatas meja. Lalu menelungkupkan wajahnya.
“yaa,,waeyo?”, tanya hoya penasaran melihat
sikap sungyeol.
“aniyeyo”, tanggap sungyeol tanpa melihat
kearah hoya.
Tak berapa lama, myungsoo datang. ia heran
saat melihat yang duduk disebelahnya bukannya sungyeol, melainkan dongwoo.
Masih dengan rasa penasaran, ia pun duduk dikursinya, lalu menoleh kearah
dongwoo.
“mana dia?”, tanya myungsoo.
“nugu?”, tanya dongwoo pura2 tidak tahu.
“dia”,
“geu nugu?”
“dongwoo-ya”, myungsoo memberikan
deathglare-nya pada dongwoo. Dongwoo menunjuk kebelakang. Myungsoo mengikuti
arah jari dongwoo. Myungsoo melihat sungyeol yang sedang membenamkan wajahnya.
Myungsoo memutar bola matanya seraya mengangguk pelan.
“kalian bertengkar?”, tanya dongwoo,
mengingat sikap sungyeol yang berbeda tadi.
“tiap hari juga kita bertengkar”
“tapi kali ini berbeda myungsoo”, myungsoo
hanya menggidikkan bahunya menanggapi ucapan dongwoo.
“sungyeol hyung”, teriak sungjong didepan
pintu kelas sungyeol. Sungjong mengedarkan arah pandangannya mencari sosok
sungyeol. Pandangannya terhenti saat melihat sungyeol yang tengah melamun
dikursi belakang. Sungjong pun berlari menghampiri sungyeol. Sungjong duduk
dikursi dihadapan sungyeol.
“sungyeol hyung annyeong”, sapa sungyeol
sambil melambai-lambaikan tangannya dihadapan sungyeol. Tapi tidak ada respon
dari sungyeol.
“yaa, sungyeol hyung. Annyeong”, sapa
sungjong lagi. Kali ini dengan sedikit guncangan pada bahu sungyeol. Sungyeol
tersentak kaget ketika melihat sungjong yang ada dihadapannya.
Sungyeol menatap sungjong bingung dengan
mengangkat sebelah alisnya.”wae??”
“annyeong hyung. Aku hanya ingin mengajak
mu berkeliling”, ucap sungjong.
Sungyeol menggeleng lemah,”aku sedang tidak
ingin sungjong”, tolak sungyeol halus.
“wae?? Hyungi apeuga?”, tanya sungjong
seraya menempelkan punggung tangannya kekening sungyeol.
Sungyeol menepis tangan sungjong
pelan,”aniyo, sungjong-ah. Aku hanya tidak enak badan”, ucap sungyeol
berbohong. Sungjong hanya mengangguk mengerti.
Tanpa mereka sadari myungsoo berkali-kali
mencuri pandang, melihat kearah sungyeol. Ia merasa bersalah pada sungyeol atas
kejadian kemarin. tidak seharusnya ia berteriak pada sungyeol. Myungsoo hanya
tidak ingin mengenang kenangan yang buruk baginya itu.
Sungyeol mengelap keringat yang terus
mengucur disekitar pelipisnya. Ia berkali-kali menarik dan menghembuskan nafasnya.
Sungyeol duduk bersandar kedinding. Mencoba melepas lelah untuk sementara. Ia
menekuk lututnya lalu membenamkan wajahnya disela kakinya.
Ia sedang membantu petugas perpustakaan
disekolahnya. Menyusun dan merapikan buku-buku yang baru datang. untuk
penambahan koleksi buku pelajaran di perpustakaannya. Sungyeol menerimanya
bukan karena ia ingin benar-benar membantu. Tetapi ia ingin menghindar dari
myungsoo. Jika ia berlama-lama dikelas dan melihat myungsoo. Saat itu juga
mungkin dia bisa gila. Tapi sungyeol tidak menyangka jika pekerjaannya akan
melelahkan seperti ini.
Dari kejauhan, terlihat seseorang tengah
memperhatikan sungyeol. Ia berjalan menghampiri sungyeol yang terduduk lemas.
Ia memberikan sebuah minuman dingin pada sungyeol.
“igeo”, orang itu menempelkan minuman
dingin kepipi sungyeol. Sungyeol tersentak kaget, yang langsung mendongakkan
kepalanya. Ia melihat myungsoo berdiri didepannya.
“myungsoo”, ucap sungyeol pelan.
“ini ambilah”, myungsoo menyerahkan
minumannya. Sungyeol mengambil minuman itu dari tangan myungsoo.
“oh, gomawo”
Myungsoo mengambil posisi duduk disamping
sungyeol. Sungyeol sedikit bergeser memberi jarak antara dia dan myungsoo.
Myungsoo sedikit bingung tetapi tidak menghiraukannya.
Sedangkan sungyeol masih berpikir.
Bagaimana myungsoo bisa berubah sikap seperti ini?
“kau pasti lelah?”,tanya myungsoo. sungyeol
menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke myungsoo.
“ingin kubantu?”, tawar myungsoo.
Sungyeol menggeleng cepat”,tidak usah.
Pekerjaan ku,sebentar lagi akan selesai”, tolak sungyeol. Ada sedikit perasaan kecewa yang dirasakan
myungsoo. Ia tahu mungkin perbuatannya ini akan sia-sia. Tapi, myungsoo akan
mencoba. Karena ia telah terlanjur mencintai sungyeol.
“yaa, hyung. Kau bisa menangkap ini”,
sungjong melemparkan bola pada sungyeol.
Mereka berdua sedang bermain tennis.
Sungjong yang ikut dalam klub tennis mengajak sungyeol untuk bermain dengannya.
Dan tanpa banyak komentar, sungyeolpun langsung menyetujuinya.
Kini perasaan sungyeol mulai tenang.
Walaupun berkali-kali ia teringat tentang kejadian waktu itu. dan dia berpikir
untuk menyerah mengejar myungsoo. Berapa kali pun, ia berusaha mendekati
myungsoo. Tetap saja myungsoo tidak akan pernah melihatnya.
Tapi sungyeol teringat dengan kejadian
kemarin. sikap myungsoo padanya berubah. Kemarin myungsoo bersikap baik
padanya. tidak cuek, tidak berkata kasar, dan tidak menatapnya dengan tatapan
dingin. Bolehkah ia berharap.
Sungyeol tersenyum pada sungjong, sejenak
melupakan pikiran yang ada dibenakknya. “tentu saja” teriak sungyeol di ujung sana.
Mereka pun bermain dengan santai. Sesekali
seakan seperti pertandingan tunggal antara sungjong dan sungyeol. Tawa dan
senyuman pun menghiasi wajah sungyeol. Tidak seperti hari-hari kemarin.
Myungsoo yang tengah melakukan kegiatan
klubnya. Sesekali menoleh kearah sungyeol. Kemudian membidikkan kameranya
kearah sungyeol. Hari ini sungyeol menjadi objek utama untuk myungsoo. Kali ini
myungsoo tidak bisa menyangkal bahwa ia benar2 jatuh cinta pada sungyeol. Entah
sejak kapan. Yang pasti myungsoo sangat bahagia ketika melihat sungyeol
tersenyum.
Sesaat sungyeol bertemu mata dengan
myungsoo. Myungsoo mencoba tersenyum pada sungyeol. Tapi sungyeol dengan cepat
membuang mukanya. melihat wajah myungsoo mengingatkannya pada waktu itu. saat
myungsoo berteriak padanya tidak ingin melihat wajahnya lagi.
Dan diwaktu bersamaan, sungyeol tidak
menyadari arah pukulan bola sungjong yang mengarah padanya.
“hyung, awas”, teriak sungjong.
Sungyeol yang menyadari teriakan sungjong,
menoleh kearah sungjong. Ia melihat bola tennis sedang mengarah kepadanya.
Tanpa sempat menghindar, bola itu pun mengenai hidung sungyeol. Sungyeol
tersungkur ketanah. Sungjong segera berlari menghampiri sungyeol. Sungyeol meringis
memegangi hidungnya yang berdarah. Tak lama sungyeol pun pingsan.
Myungsoo yang melihat kejadian itu, segera
berlari menghampiri sungyeol yang tidak sadarkan diri. Myungsoo memangku tubuh
sungyeol. Lalu mengangkatnya. Membawa sungyeol ke ruang uks.
myungsoo terus memperhatikan wajah
sungyeol. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Darah dihidung sungyeol sudah
dibersihkan. Hidungnya dibalut dengan plester.
Myungsoo membelai lembut wajah sungyeol
yang tengah terbaring. Sungyeol yang merasa ada sentuhan dipipinya pun perlahan
sadar. Dia mengerjapkan matanya pelan. Lalu matanya pun sepenuhnya terbuka. ia
melihat myungsoo yang berada disebelah kanannya yang sedang termangu
menatapnya. Sungyeol tersentak kaget melihat myungsoo. Ia merubah posisinya
menjadi duduk.
Hoya berlari menuju ruang uks. Ia berlari
sambil membawa tas sungyeol. Hoya disuruh oleh myungsoo untuk membawakannya.
Tak lama hoya sampai ke uks.
“ini”, hoya memberikan tasnya pada
sungyeol.
“ah, gomawo”, ucap sungyeol seraya
mengambil tasnya dari tangan hoya. Belum sempat sungyeol mengambilnya. Myungsoo
sudah menyambarnya duluan.
“gomawo hoya. Kau bisa kembali”, titah
myungsoo sembari menyeringai.
“ah, arraseo”, tanggap hoya. Hoya pun
berbalik kembali kekelasnya.
Sungyeol menatap bingung kearah myungsoo
dan mencoba mengambil tasnya dari tangan myungsoo, tapi myungsoo mengelak.
Berkali-kali sungyeol berusaha mengambilnya. Berkali-kali pula myungsoo
mengelak.
“ayo pulang. Lebih baik kau istirahat
dirumah saja”, ajak myungsoo sambil beranjak dari duduknya.
“tidak usah. Aku bisa pulang sendiri”,
tolak sungyeol.
“tidak bisa. Aku akan mengantar mu pulang”,
paksa myungsoo, lalu berjalan keluar ruangan.
“terserah padamu saja”, sungyeol pasrah.
Kemudian bangun dari kasur dan mengikuti myungsoo.
“kau bisa jalan?”, tanya myungsoo sembari
memegangi lengan sungyeol.
Sungyeol merasa aneh dengan perlakuan
myungsoo. Bolehkah dia berharap?
‘jangan seperti ini padaku myungsoo’, gumam
sungyeol.
“tentu saja bisa. Hanya hidung ku yang
terluka”, ucap sungyeol dingin. Ia tidak boleh menyukai myungsoo. Myungsoo
bersikap baik padanya bukan berarti myungsoo menyukainya kan.
Myungsoo mengantarkan sungyeol sampai
kerumahnya. sungyeol turun dari motor sport myungsoo. Baru saja sungyeol
beranjak menuju pintu rumahnya. Myungsoo menahannya.
“chamkanman”, sergah myungsoo. Dia turub
dari motornya, lalu menghampiri sungyeol yang berdiri terpaku didepan teras.
“mwoya??”, tanya sungyeol, ketika myungsoo
sudah ada dihadapannya.
“bolehkah aku masuk”,
“err, msauk?”, tanya sungyeol tidak
percaya. Bagaimana bisa myungsoo meminta untuk masuk kerumahnya.
Myungsoo hanya menanggapinya dengan
anggukan.
“err,, geuraeyo”, sungyeolpun mengajak
myungsoo untuk masuk.
“eomma, aku pulang”, teriak sungyeol
setelah berada di ruang tamu. Eomma sungyeol menyambutnya dengan pelukan
hangat.
Myungsoo sedikit terkejut ketika melihat
eomma sungyeol. Ia seperti mengingat sesuatu. Myungsoo seperti pernah melihat
eomma sungyeol sebelumnya. Kemudian ia mengarahkan pandangannya pada sungyeol.
Sungyeol menoleh pada myungsoo. Ia menatap heran melihat myungsoo yang
memandangnya.
“eomma, ini teman sekelasku L”
“L??”, tanya eomma sungyeol bingung.
“ne eomma”, eomma sungyeol menatap myungsoo
lalu tersenyum. Myungsoo membalas senyuman eomma sungyeol.
“annyeong nyonya lee”, sapanya ramah.
“eomma, aku kekamar dulu”, sungyeol
berjalan menuju kamarnya dilantai atas, yang diikuti oleh myungsoo.
“kenapa kau mengenalkan ku dengan nama L
pada eomma mu?”, tanya myungsoo saat mereka telah berada dikamar sungyeol.
“tidak apa. Pertama kali kita berkenalan
pun kau memakai nama L kan”,
myungsoo tidak menanggapi ucapan sungyeol.
Ia malah sibuk mengamati kamar sungyeol.
Mata myungsoo terhenti saat melihat sebuah bingkai foto yang terdapat diatas meja
disamping tempat tidur sungyeol. Myungsoo mengamati dengan jeli siapa orang
yang menjadi objek difoto itu. sungyeol mengikuti arah pandangan myungsoo.
Dengan cepat sungyeol meraih bingkai foto itu dan menyembunyikannya dibawah
bantal.
Myungsoo masih mengingat-ingat gambar siapa
itu. myungsoo baru tersadar, bukannya itu fotonya saat sedang tertidur, ketika
sungyeol berkunjung kerumahnya.
“kau..”, ucapan myungsoo menggantung.
Sungyeol menatapnya, menunggu lanjutan dari ucapan myungsoo.
“sebaiknya aku pulang”, ucap myungsoo,
sembari keluar dari kamar sungyeol. Sungyeol hanya menatapnya dengan tatapan
bingung.
“kau tahu myungsoo, berapa kalipun aku
berusaha, aku tetap tidak bisa melupakan mu”, ucap sungyeol lirih.
Myungsoo tengah serius membaca buku ditaman
belakang. Tiba2 sungyeol datang menghampirinya. Sungyeol duduk disamping
myungsoo. Mereka duduk agak berjauhan. Myungsoo menoleh ke sungyeol. Tanpa
melepas kacamata bacanya.
“wae??”,
“aku ingin mengembalikan ini”, sungyeol
menyerahkan sebuah gantungan berbandul huruf ‘Y’. myungsoo meraihnya, lalu
menatap ke sungyeol, seakan meminta penjelasan.
“aku menemukannya didepan pintu kamarku,
saat kau keluar”, jelas sungyeol.
“ah, gomawo”, ucap myungsoo singkat.
“err, myungsoo, aku ingin meminta maaf
padamu”
“meminta maaf?”
“ya, meminta maaf atas sikapku yang selalu
membuat mu terganggu. Aku tidak akan menyukaimu lagi. Kuharap kau tidak
bersikap baik padaku lagi. Seperti hari2 kemarin. karena akan membuat ku sulit
untuk melupakan mu”, sungyeol mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Myungsoo
memalingkan wajahnya, tidak ingin menatap sungyeol. Kemudian sungyeol berdiri,
beranjak meninggalkan myungsoo. Tapi sungyeol kembali berbalik menghadap
myungsoo.
“ehm, gomawo. Karena sudah mengantarku
kemarin. annyeong”, sungyeol kembali melangkah meninggalkan myungsoo. Tapi saat
sungyeol ingin melangkahkan kakinya. Tiba2 seseorang memeluknya dari belakang.
Sungyeol melirik, melihat orang yang memeluknya.
“myungsoo, waeyo?”, ucap sungyeol sedikit
tidak percaya.
“jangan pernah berhenti untuk mencintaiku
yeollie”, sungyeol tersentak kaget mendengar kata terakhir myungsoo.
“soo..soo-yah”, myungsoo menganggukan
kepalanya yang tersandar dipundak sungyeol.
“kau masih mengingatku?”, myungsoo
membalikkan tubuh sungyeol sehingga mereka berhadapan.
“soo-yah itu dirimu?”, ucap sungyeol seraya
menunjuk kearah myungsoo. Myungsoo menganggukan kepalanya.
“tidak kusangka, aku harus jatuh
cintapadamu untuk yang kedua kalinya”, myungsoo menyengir.
“dunia benar2 sempit”
“akhirnya aku bisa bertemu dengan mu lagi”,
myungsoo memeluk sungyeol dengan erat. Sungyeol membalas pelukan myungsoo.
Tak jauh dari
tempat mereka berdiri, terlihat tiga orang namja yang sedang memandang mereka
dengan bahagia.
“aa~amazing
unbelievable”, ucap sungjong seraya menepuk-nepuk kedua tangannya. Bahagia
melihat sungyeol dan myungsoo.
“yaa, issh,
joyonghi”, perintah dongwoo.”suaramu akan mengganggu mereka”, lanjut dongwoo.
“kau juga
jangan berteriak dongwoo-yah”, kali ini hoya yang protes pada dongwoo.
“arraseo”, hoya
dan dongwoo kembali mengarahkan pandangannya pada kedua sahabatnya.
Tanpa mereka
sadari, sungjong tengah berlari menghampiri sungyeol dan myungsoo.
“yaa, itu
sungjong”, hoya menunjuk kearah namja yang tengah berlari itu.
“aiisshh,, anak
itu menganggu saja”, dongwoo dan hoya berlari mengejar sungjong.
“sungyeol
hyung, myungsoo hyung”, sungjong berlari menghampiri mereka.
Pasangan
myungyeol itu menoleh pada sungjong, menyambutnya dengan senyuman.
“hyungi
chukhae”, ucap sungjong
Dari belakang
hoya mendaratkan sebuah jitakan untuk sungjong. Sungjong meringis pelan.
“yaa,, hyung.
Apa-apaan kau ini?”, protes sungjong.
“kau yang
apa-apaan. Mengganggu saja”, sungjong hanya bisa cemberut dimarahi oleh hoya.
“nappeun namja”,
gerutu sungjong.
“mwo?”
“aniyo”.
Semua tertawa
melihat tingkah sungjong. Kecuali myungsoo yang mengarahkan tatapannya pada
sungyeol. Tatapan penuh cinta. ‘kali ini tidak akan kulepaskan’. Myungsoo
menggenggam tangan sungyeol. Sungyeol menoleh pada myungsoo yang disambut
myungsoo dengan sebuah seringaian.
Tamat…
0 komentar:
Posting Komentar