Love
U, Like U
Cast :: Choi Jong Hoon
Seo Jang
Mi
Chapter 1 “The first
meeting to know you”
Jong Hoon berjalan lurus diikuti dengan kedua temannya.
Dengan kedua tangan yang berada didalam saku. Ia berjalan dengan penuh
kharisma. Tidak sedikit yeoja yang mengaguminya. Ia tampan, tinggi, dan
berpenampilan sangat menarik.
Tidak kalah dengan Jong Hoon. Kedua temannya pun tak
kalah kerennya. Min Hyun dan Kim Joon adalah teman satu sekolah Jong Hoon.
Sekaligus sahabat baginya. Karena mereka tumbuh bersama dan dilingkungan yang
sama.
Tapi diantara mereka Jong Hoonlah yang paling keras. Ia
sangat keras kepala, egois, dan sangat tidak sabaran. Dan diantara mereka
berdua, hanya Min Hyun lah yang paling mengerti bagaimana meyikapi prilaku
sahabatnya itu.
“YAA..NEO”, Jong Hoon menoleh saat seseorang berteriak
didekatnya. Begitu juga dengan kedua temannya.
SPLASHHH ..
Seragam Jong Hoon seketika basah. Air mengucur dari atas
kepalanya. Orang-orang yang ada disekelilingnya terkejut melihat kejadian itu.
Jong Hoon menggigit bibir bawahnya. Menahan amarah. Wajah Jong Hoon yang
tertunduk perlahan terangkat. Dan memperlihatkan raut amarahnya pada yeoja yang
ada disampingnya. Yeoja yang baru saja menyiramnya dengan seember air.
Ia melihat yeoja itu menutupi mulutnya yang ternganga
lebar. Mungkin ia juga kaget karena telah menyiram wajah Jong Hoon. Yeoja itu
melepaskan ember yang sedari tadi ia pegang. Dan segera membungkuk meminta maaf
pada Jong Hoon.
“Jwisunghaeyo”, ucapnya penuh sesal. Tapi Jong Hoon yang
sangat keras kepala dan mempunyai harga diri yang tinggi. Tidak akan semudah
itu untuk memaafkan yeoja yang sudah membuatnya basah kuyup.
“Yaa, kau pikir apa yang sedang kau lakukan saat ini”,
teriak Jong Hoon. Min Hyun yang ada dibelakangnya berusaha menahan Jong Hoon.
“Jongmal Jwisunghaeyo”, yeoja itu menggosok-gosok kedua
tangannya. Ia benar-benar merasa bersalah. “Aku benar-benar tidak sengaja”
“Huh, kau kira aku akan memaafkan mu begitu saja”, ucap
Jong Hoon remeh.
“Aku kan sudah bilang kalau aku tidak sengaja”, Yeoja itu
mencoba untuk membela diri.
Jong
Hoon melirik kesana-kemari seperti mencari sesuatu. Saat apa yang ia cari ada
dihadapannya. Ia segera mengambilnya. Ia mengambil minuman dari salah satu
siswa yang lewat didepannya. Dan akhirnya ia menyiramkan segelas jus kebaju
Yeoja itu.
“Jang Mi-ssi”, teriak salah satu seorang murid saat Jong
Hoon menyiramkan jus ke seragam Jang Mi.
“Bagaimana ? sekarang kita impas kan”, ucap Jong Hoon
angkuh seraya meninggalkan Jang Mi yang basah karena jus. Sekarang bajunya
bukan berwarna putih lagi. Melainkan berwarna merah karena tersiram jus tomat.
“Sial”, gerutu Jang Mi sembari membersihkan bajunya.
Sementara namja yang berteriak pada Jang Mi segera menghampirinya.
“Jang Mi-ssi, neo gwaenchana ?”, tanyanya khawatir.
“An gwaenchana”,ucap Jang Mi kesal. “Yaa, Dae Sun-ah,
seharusnya kau membantu ku untuk menangkap Yeok Jae”
“Mianhae”, jawab Dae Sun singkat. Kemudian mengajak Jang
Mi untuk membersihkan seragamnya.
***
Jang Mi berlari. Lagi-lagi ia mengejar Yeok Jae. Ternyata
ia belum menyerah karena kemarin ia tidak sempat balas dendam pada namja itu.
Seharusnya kemarin ia tidak harus terburu-buru menyiramkan airnya. Cih, awas saja kau Yeok Jae. Kali ini kau
tidak akan lepas. Gerutu Jang Mi dalam hati.
Yeok Jae
yang sedari tadi menghindari kejaran Jang Mi sudah tidak sanggup lagi. Nafasnya
seperti akan habis. Ia berhenti. Bertumpu pada kedua lututnya dan segera
mengatur nafasnya sebelum Jang Mi menghampirinya.
“Yaa, Yeok Jae-ssi”, teriak Jang Mi dari kejauhan saat
melihat mangsanya itu berhenti tak jauh darinya.
Yeok Jae
menoleh kebelakang dan mendapati Jang Mi yang sedang melotot kearahnya.”Aissh”,
gerutunya. Nafasnya belum seutuhnya kembali normal. Tapi Jang Mi sudah
memergokinya.
Yeok Jae
perlahan berdiri. Berbalik menghadap Jang Mi yang tengah menghampirinya.
“Wae? Kau tidak ingin kabur lagi?”, gertak Jang Mi yang
sekarang sudah ada dihadapan Yeok Jae.
“Kau ingin aku kabur”, ucap Yeok Jae santai. Sedangkan raut
wajah Jang Mi berubah. ”Baiklah, aku akan kabur”, Yeok Jae pun segera berlari
sebelum Jang Mi sempat menangkapnya.
“Yaa”, teriak Jang Mi kesal melihat Yeok Jae sudah kabur
lagi. “Kali ini aku tidak akan memberi mu ampun”, Jang Mi melepas sebelah sepatunya
dan bersiap melemparkannya kearah Yeok Jae.
“Yeok Jae-ssi, mati kau”, teriaknya sembari melemparkan
sepatunya.
Yeok Jae
sempat menoleh dan mendapati sebuah sepatu yang akan meluncur kewajahnya.
Dengan cekatan Yeok Jae menghindar.
BUGG
Sepatu itu
mengenai seseorang. Tetapi bukan mengenai Yeok Jae melainkan Jong Hoon. Jong
Hoon yang baru saja terkena sepatu dari Jang Mi langsung pingsan. Jang Mi yang
tidak mengira ini akan terjadi langsung berlari menghampiri Jong Hoon.
“Omo”, pekik Jang Mi sembari menghampiri Jong Hoon yang
sudah tergeletak tak sadarkan diri ditanah.
Jang Mi
menoleh kesana-kemari seperti mencari bantuan. Yeok Jae baru saja pergi. Takut
akan mendapat pukulan lain dari Jang Mi. Syukurlah, salah satu sahabat Jong
Hoon datang menghampiri. Min Hyun yang melihat Jong Hoon pingsan segera
mendekatinya. Tanpa banyak bertanya ia meminta Jang Mi untuk membantunya
membawa Jong Hoon keruang kesehatan.
Jang Mi
benar-benar merasa bersalah. Bagaimana bisa lemparannya meleset dan mengenai
Jong Hoon. Ini benar-benar musibah.
Gumamnya.
Ia
mengobati kening Jong Hoon –yang tadi
terkena sepatu Jang Mi- dengan hati-hati. Tidak ingin membuat Jong Hoon
terbangun agar ia bisa pergi tanpa dicaci maki dahulu oleh Jong Hoon.
Sebenarnya
ia bisa saja pergi setelah membantu Min Hyun membawa namja itu kesini. Tapi
buru-buru Min Hyun menyuruhnya untuk mengobati Jong Hoon, karena saat itu tidak
ada perawat.
“Tsk, benar-benar bencana”, rutuk Jang Mi.
“hm, seharusnya aku yang mengatakan itu”, perlahan mata
Jong Hoon terbuka. Ia menatap sinis pada Jang Mi.
“Kenapa akhir-akhir ini kau selalu membuatku sial, huh?”
“Bagaimana aku bisa tahu. Kau kira aku senang selalu
bermasalah denganmu”, ucap Jang Mi tak kalah sinis.
Jang Mi
segera bangkit setelah selesai mengobati Jong Hoon. Ia segera membereskan kotak
P3K. Kemudian berjalan menuju pintu. Sebelum sempat ia membuka pintu. Jong Hoon memanggilnya.
“Kau mau pergi kemana?”, serunya.
“Tentu saja kembali kekelas”, Jang Mi membuka pintu
hendak melangkah pergi. Tapi lagi-lagi Jong Hoon menahannya.
“Kau mau meninggalkanku”
Jang Mi menoleh dan menatap tajam pada Jong Hoon.”Tugasku
sudah selesai. Aku sudah mengobatimu. Aku tidak ada urusan lagi disini”,
sekarang Jang Mi benar-benar pergi. Entah kenapa, raut wajah Jong Hoon berubah
kecewa saat Jang Mi melangkah pergi.
***
Jong
Hoon tengah bersantai. Pandangannya lurus kedepan. Kedua tangannya saling
bertaut. Bersandar diatas pagar tembok disisi lorong. Pikirannya kini melayang
entah kemana.
Tiba-tiba
sosok wanita yang selama ini menganggunya muncul disampingnya. Jang Mi
menyodorkan sebuah coklat kearah Jong Hoon. Sedangkan Jong Hoon hanya bisa
mengernyit bingung. Ada apa dengan anak
ini. Gumamnya.
“Kau tidak mau ?”, Jang Mi menggoyang-goyangkan coklat
itu dihadapan Jong Hoon. Jong Hoon berbalik. Kedua tangannya ia masukan kedalam
saku depan. Matanya lurus menatap Jang Mi yang mungkin lebih pendek 10cm
darinya itu.
“Sebenarnya tujuan mu apa?”, tanya Jong Hoon langsung.
“Aku?”, tanya Jang Mi. Jong Hoon mengidikkan dagunya. “Aku
hanya ingin meminta maaf. Kalau kau tidak ingin ini. Biar kumakan sendiri
saja”, Jang Mi bersiap membuka coklat batangan yang masih ada ditangannya. Jong
Hoon langsung merampas coklat ditangan Jang Mi.
“Aku belum bilang tidak”, Jang Mi tersenyum karena Jong
Hoon menerima coklatnya.
“Geurae. Sekarang aku lega. Aku tidak ada urusan apapun
lagi denganmu. Annyeong”, Jang Mi segera pergi. Jong Hoon menatap Jang Mi
dengan tatapan kebingungannya.
“Wanita aneh”, komentar Jong Hoon.
###
“Yaa, Yeok Jae-yah”, teriak Jang Mi. Lagi-lagi acara
kejar-kejaran terjadi. Kali ini Yeok Jae yang membuat masalah terlebih dahulu.
Yeok Jae mengambil ponsel Jang Mi dan berniat untuk membuangnya. Padahal ponsel
itu satu-satunya kenangan bersama ibunya. Walaupun oppa-nya meminta untuk menggantinya –karena menurutnya sudah
ketinggalan zaman. Tapi Jang Mi bersikeras untuk mempertahankannya. Oleh karena
itu, saat Yeok Jae mengambil ponselnya ia sangat marah.
Jang Mi
tak henti-hentinya berteriak pada Yeok Jae untuk segera mengembalikan ponsel
miliknya. Tapi Yeok Jae terus-menerus mempermainkannya.
Sampai
akhirnya Yeok Jae berhenti, karena tidak ada jalan lagi untuk kabur. Jang Mi
segera meminta ponselnya kembali.
“Jangan mendekat”, seru Yeok Jae saat Jang Mi ingin
menghampirinya. Jang Mi mengikuti ucapan Yeok Jae. Ia berhenti tidak terlalu
jauh dari Yeok Jae.
“Ponsel mu akan aku lempar dari sini”, ucap Yeok Jae.
Tapi Jang Mi menatapnya tidak terima.
“Bagaimana kalau aku tidak bisa menangkapnya?”
“Yah, mungkin saja ponselmu bisa hancur”, ucap Yeok Jae
enteng.
Jang Mi
tidak tahan lagi. Melihat sikap Yeok Jae yang menurutnya sudah kelewat batas. Ia
segera berjalan kearah namja itu. Dan tanpa diduga olehnya Yeok Jae melempar
ponsel miliknya.
Dengan
sigap Jang Mi segera menangkapnya. Ia berhasil tapi lagi-lagi ia mengalami
kesialan. Kali ini ia menabrak Jong Hoon (lagi).
Saat
Jang Mi berusaha menangkap ponselnya. Tubuhnya ikut terhuyung kebelakang. Ia
kehilangan keseimbangannya. Sesaat ia merasa ia akan terjatuh kedalam kolam
yang tepat berada dibelakang. Tapi ia
malah menabrak Jong Hoon. Dan akhirnya Jong Hoon lah yang tercebur kedalam
kolam.
Jang Mi
hanya bisa menutup mulutnya. Yang tak percaya lagi-lagi akan berurusan dengan
Jong Hoon.
###
Jong
Hoon masih menatap Jang Mi yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya.
Kemudian matanya beralih pada coklat yang ada ditangannya. Tanpa ragu ia pun
langsung memakannya.
Jong
Hoon masih berdiri ditepi tembok. Kali ini ia melihat Jang Mi yang tengah
mengejar seorang namja. Entah mengapa ia merasa tidak suka melihatnya. Jong
Hoon yang sedari tadi memperhatikan Jang Mi. Merasa bahwa yeoja itu tengah
dipermainkan oleh Yeok Jae. Dengan bermaksud menolong Jong Hoon segera turun
kebawah ingin menghampiri Jang Mi.
Tepat
disaat itu Jong Hoon melihat Jang Mi yang bersiap mengambil sebuah ponsel yang
dilempar Yeok Jae. Dan disaat itu pula sepertinya Jong Hoon berusaha ingin
membantu Jang Mi.
Tapi
saat Jang Mi telah berhasil menangkap ponsel miliknya. Jong Hoon malah
terdorong kebelakang karena Jang Mi sempat kehilangan keseimbangan. Sehingga, tubuh
Jong Hoon akhirnya masuk kedalam kolam yang dangkal.
Jang Mi
yang melihat hanya bisa melongo dan menutup mulutnya. Ia terkejut melihat Jong
Hoon yang sudah berada didalam kolam dan seluruh seragamnya basah karena
dirinya.
“Omo~ neo gwaenchana??”, pekik Jang Mi. Ia ingin
menghampiri Jong Hoon tapi ia tak berani. Ia takut Jong Hoon akan menyemprotnya
lagi dengan makian. Dan ia takut kali ini Jong Hoon benar-benar tidak akan
melepaskannya.
Jong Hoon bergeming. Ia sama sekali tak berniat untuk
berdiri dan pergi dari kolam itu. Ia hanya menatap Jang Mi dengan tatapan
dingin. Jang Mi tahu arti tatapan Jong Hoon. Ia berasumsi Jong Hoon benar-benar
marah padanya.
Jang Mi
hanya bisa tersenyum kecut pada Jong Hoon. Dan mengumamkan kata ‘maaf’ pada
Jong Hoon. Tepat disaat itu, Kim Joon membawa Jong Hoon untuk segera mengganti
bajunya. Jang Mi hanya bisa menatap punggung Jong Hoon dengan tatapan bersalah.
***
Hari-hari
pun berlalu. Jang Mi sama sekali tidak melihat namja itu. Biasanya ia selalu
melihat namja itu berkeliaran . Tapi sudah beberapa hari ini ia tidak
melihatnya. Ada terselip rasa khawatir yang melandanya. Bukan khawatir pada
Yeok Jae yang hari ini pun tidak menganggunya. Tapi ia khawatir pada Jong Hoon.
Karena beberapa waktu lalu membuat namja itu harus masuk kekolam dengan cuaca
yang memang cukup dingin saat ini.
Jang Mi
mengitari hampir seluruh kelas. Waktu istirahatnya hanya ia gunakan untuk
mencari keberadaan Jong Hoon. Tapi sosok yang dicarinya sama sekali tidak
terlihat. Sampai akhirnya ia melihat dua orang yang sering bersama dengan Jong
Hoon. Dengan setengah berlari Jang Mi menghampiri kedua orang itu. Min Hyun dan
Kim Joon. Ia berniat untuk menanyakan keadaan Jong Hoon.
“Chogi, apa kalian teman Jong Hoon-ssi”, tanya Jang Mi.
Kedua orang itu menoleh pada Jang Mi.
“Ne, Wae geurae??”, Min Hyun balik bertanya.
“Eung, apakah Jong Hoon-ssi ada ?”, tanya Jang Mi lagi.
Ia sedikit melirik kedalam kelas Jong Hoon mencoba mencari sosoknya.
“Ah~ keugae. Sudah dua hari ini Jong Hoon tidak masuk”,
Kim Joon kali ini yang menjawab pertanyaan Jang Mi.
“Oohhh”, sahutnya singkat. Na ttaemuniya,gumam Jang Mi.
“Geurae, dia mungkin sakit karena sempat tercebur kekolam
karena mu”, ucapan Kim Joon seakan ia bisa membaca pikiran Jang Mi.
“Geureom, kalgeyo”, Jang Mi segera melangkahkan kakinya.
Setelah tahu keadaan Jong Hoon.
“Kau tidak ingin mengunjunginya. Bagaimana juga ia sakit
karena dirimu kan”, Jang Mi berbalik dan mendapati Min Hyun yang tersenyum
padanya.
Jang Mi
pun sebenarnya berniat untuk menjenguk Jong Hoon. Ia ingin meminta maaf atas
kejadian beberapa hari yang lalu itu. Tapi ia juga sedikit takut Jong Hoon akan
mengusirnya saat ia berkunjung.
Min Hyun
terlihat menuliskan sesuatu diatas kertas. Kemudian melipatnya dan
memberikannya pada Jang Mi. Jang Mi yang agak bingung menerima begitu saja. Ia
membuka kertas yang diberikan Min Hyun. Dikertas itu tertulis alamat rumah Jong
Hoon.
“Maja, itu alamat rumah Jong Hoon”, ucap Min Hyun segera
sebelum Jang Mi sempat menanyakannya.
“Ne, kamsahamnida”, Jang Mi pun segera pergi kembali
menuju kelasnya. Karena bel sudah lama berbunyi.
***
Jang Mi
menyampirkan scraft-nya kebelakang. Merapatkan jaket tebal kebadannya. Rupanya
udara semakin terasa dingin. Padahal ia berniat untuk seharian dirumah hari
ini. Tapi ia baru sadar kalau hari ini ia ingin menjenguk Jong Hoon.
Ia tidak
akan memikirkan apa reaksi Jong Hoon nanti saat melihatnya. Yang pasti ia hanya
ingin meminta maaf pada namja itu. Dengan bekal yang ia bawa untuk ia berikan
nanti pada Jong Hoon. Ia pun segera berangkat menuju rumah Jong Hoon.
Jang Mi
menaiki bus yang akan mengantarkannya ketempat Jong Hoon. Ia memilih duduk paling belakang. Sembari ia
menatap keluar. Ia mengeluarkan ponselnya. Untuk menghubungi seseorang.
###
Jong
Hoon turun dari tempat tidurnya dengan malas-malasan. Sudah beberapa hari ini
badannya terasa lemah. Ditambah tadi malam ia tidak sempat makan karena
ketiduran. Selama ia hanya seorang diri di rumah. Ia hanya mengandalkan makanan
delivery atau tidak makan makanan instan yang ia beli di supermarket.
Dan
selama ia sakit. Teman baiknya Min Hyun lah yang senang hati membawakan makanan
sehat. Kecuali kemarin dan hari ini. Sepertinya Min Hyun tidak datang lagi
ketempatnya. Padahal hari ini, hari minggu. Seharusnya sahabatnya itu
mengunjunginya.
Jong
Hoon berjalan menuju dapur. Ia membuka kulkas dan melihat apa saja isi
kulkasnya. Ia hanya menggeleng, karena tidak ada yang bisa dimakan. Ia pun
hanya mengambil sebotol air dingin dari kulkasnya dan segera meneguknya.
Jong
Hoon meletakkan botol airnya. Kemudian mengambil mie ramen dan menyeduhnya
dengan air panas. Setelah itu ia membawanya keruang tamu dan menaruhnnya diatas
meja didepannya.
Sembari
menunggu mie ramennya. Ia merebahkan tubuhnya keatas sofa. Sesekali mencoba
memejamkan matanya.
Ting Tong... Bel rumah Jong Hoon berbunyi.
Dengan
enggan Jong Hoon pun bangkit berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Aku kira hari ini kau tidak akan datang lagi, Min
Hyun-ah”, ucapnya sembari membuka pintu.
Tapi
sayangnya yang ia dapati bukanlah sahabatnya Min Hyun. Tapi Jang Mi yang sekarang
berdiri dihadapannya itu sambil memegang kotak bekal yang ia bungkus dengan
kain.
Jong
Hoon menatap heran ke Jang Mi. Sedangkan Jang Mi hanya melemparkan senyum manis
kearah Jong Hoon.
“Annyeong”, sapa Jang Mi dengan ceria.
“Eoh”, Jong Hoon hanya menjawab singkat.
“Wae~?”, tanya Jang Mi yang mulai resah melihat Jong Hoon
yang menatapnya aneh.
“Kenapa kau datang kerumah ku?”
“Aku hanya ingin menjenguk mu. Sekaligus aku ingin minta
maaf”
“Untuk apa?”
“Karena sudah membuat mu tercebur kekolam dan sekarang
kau sakit”
“Aku sakit bukan karena dirimu”, ucap Jong Hoon dingin.
“Aku sakit bukan karena dirimu”, ucap Jong Hoon dingin.
“Aku tahu kau pasti marah padaku. Tapi niatku tulus untuk
minta maaf pada mu”, Jang Mi mengulurkan tangannya. Berharap Jong Hoon menerima
maafnya. Tapi Jong Hoon hanya menatap kosong pada tangannya itu. Kemudian
berbalik membelakangi Jang Mi. Jang Mi mengerucutkan bibirnya merasa jengkel
pada Jong Hoon.
“Ayo masuk”, ajak Jong Hoon tiba-tiba. Jang Mi yang
mendengarnya pun berubah senang. Ia kira Jong Hoon akan mengusirnya.
Jong
Hoon membiarkan Jang Mi mengikutinya. Ia tidak terlalu menghiraukan keberadaan
Jang Mi. Setelah sampai diruang tamu. Jong Hoon segera duduk disofa, kemudian
mengambil ramen-nya. Tanpa merasa terganggu. Jong Hoon siap menyantap
makanannya.
“Eoh, chamkan”, sergah Jang Mi sebelum Jong Hoon sempat
menyantap makanannya.
“Wae?? Na baegeopha”, Jong Hoon sedikit marah.
Jang Mi
duduk disofa didepan Jong Hoon. Ia menggeser ramen instan itu dari hadapan Jong
Hoon. Kemudian menyodorkan kotak bekal yang ia bawa tadi.
“Ige mwoya?”, tanya Jong Hoon tanpa antusias.
Jang Mi
tidak segera menjawab pertanyaan Jong Hoon. Ia malah membuka kotak bekal yang
ia bawa. Dan menyuguhkannya didepan Jong Hoon. Jong Hoon melihat berbagai
makanan didepannya. Dari kimbab, masakan seafood,omelete, dan tidak lupa
kimchi.
“Kau yang membuat semua ini?”, tanya Jong Hoon takjub.
Jang Mi mengangguk bangga.
Jong Hoon mencoba menyantap salah satu makanan yang ada
dihadapannya.”Eoh, massitta”, puji Jong Hoon. Jang Mi hanya tersenyum. Kemudian
Jong Hoon pun segera melahapnya.
Sementara Jong Hoon sibuk dengan makanan yang ia bawa.
Jang Mi menyempatkan waktu untuk berkeliling melihat rumah Jong Hoon. Rumah
Jong Hoon tidak mewah. Tapi terlihat sangat simple. Dengan cat berwarna putih
begitu juga dengan perabotan didalamnya. ”Ah, Chotta”, gumamnya.
Kemudian Jang Mi beralih menuju dapur Jong Hoon. Tak banyak
alat dapur yang ada disana. Melihat itu Jang Mi hanya bisa menggeleng.
“Kau tidak pernah memasak?”, tanya Jang Mi sembari
membuka lemari2 yang ada didapur.
“Aniya. Aku tidak bisa memasak”, sahut Jong Hoon yang
masih melahap makanannya.
Kali ini Jang Mi membuka kulkas Jong Hoon. Kosong. Itu
yang dilihatnya. Hanya ada botol air mineral. Dan dua butir telur.
“Apa2an ini ?”, Jang Mi setengah berteriak.
“Wae?”, sahut Jong Hoon sambil menoleh kebelakang.
Sepertinya hubungan mereka semakin membaik.
“Tidak ada apa2 didalam kulkasmu. Apa kau hanya memakan
ramen?”
“Eoh”, sahut Jong Hoon singkat.
“Mwo?? Kau bisa hidup hanya dengan memakan ramen”
“Kau tidak llihat aku masih sehat begini”, Jong Hoon
terlihat agak kesal mendengar ucapan Jang Mi.
“Setidaknya kan kau juga harus makan makanan sehat Jong
Hoon-ssi”
“Percuma. Aku juga tidak bisa memasak. Aku bisa saja
memesan makanan kan”
Jang Mi berjalan menghampiri Jong Hoon. Ia duduk didepan
Jong Hoon dan menatapnya. Jong Hoon yang sadar tengah ditatap sinis oleh Jang
Mi menoleh kearah Yeoja itu.
“Mwo??”
“Bagaimana kau bisa cepat sehat. Kalau kau hanya makan
ramen saja”, nasihat Jang Mi.
“Aish, chikkeura”, ucap Jong Hoon sembari menutup sebelah
telinganya.”Kalau begitu kau saja yang buatkan aku makanan. Aku pasti
memakannya”, celetuk Jong Hoon tanpa berpikir.
“Geurae, Joha”, tanpa diduga Jong Hoon. Jang Mi
menanggapi ucapannya.
“Heh???”, Jong Hoon masih sedikit bingung.
“Aku yang akan membuatkan mu makanan. Biar kau tidak usah
makan ramen lagi”
“Neo, jongmalyo??”, Jang Mi mengangguk “Eoh”
Jang Mi bersandar. Menunggu Jong Hoon menyelesaikan
makanannya. Sepertinya namja itu sangat menikmatinya.
“Kkeut. Ah~ masitta”, Jong Hoon meletakkan sumpitnya
kemudian menggosok perutnya. Sekarang ia benar2 kenyang.
Jang Mi yang mendengar pujian itu hanya bisa tersenyum.
Kemudian ia mulai membereskan kotak bekalnya. Setelah selesai, ia segera
menyuruh Jong Hoon untuk bersiap-siap.
“Cepat ganti bajumu”, suruh Jang Mi. Sedangkan Jong Hoon
hanya menatap bingung. “Tunggu apa lagi. Ppali”
Tanpa banyak bertanya. Entah mengapa Jong Hoon sepertinya
menurut saja dengan Jang Mi. Dengan cepat ia pun segera berjalan menuju
kamarnya untuk berganti pakaian.
“Eo, kau sudah siap. Kkaja”, Jang Mi memimpin dan
menyuruh Jong Hoon untuk mengikutinya saja.
“Chamkan, sebenarnya kita akan kemana?”
“Sudah. Kau diam saja”, ucap Jang Mi. Kemudian ia
menyodorkan sebelah tangannya kearah Jong Hoon. Jong Hoon mengernyit bingung.
“Aku pinjam kunci mobil mu”
“Mwo??”, Jong Hoon melongo.”Kau bisa menyetir?”
“Tentu saja bisa”, sahut Jang Mi bangga. Dengan engan
Jong Hoon pun memberikan kunci mobilnya.
Dengan cepat, Jang Mi segera berlari menuju mobil hitam
milik Jong Hoon. Ia segera duduk di kursi pengemudi. Dengan santai ia pun
mengemudikannya. Menuju tempat tujuannya.
###
Tidak ada yang bicara selama perjalanan. Jang Mi tengah
fokus mengemudi. Sedangkan Jong Hoon lebih memilih melihat pemandangan
disekelilingnya. Sesekali Jong Hoon mengalihkan pandangannya pada Jang Mi.
Kemudian kembali beralih pada pemandangan di luar.
“Aigoo, kenapa supermarket jauh sekali dari tempat mu”,
keluh Jang Mi. Saat ini mereka tengah terjebak dilampu merah. Jong Hoon yang
sedari tadi memandang keluar, kali ini beralih memandang Jang Mi.
“Kau ingin ke supermarket?”, tanya Jong Hoon sembari
memperbaiki sikap duduknya. Jang Mi mengangguk menanggapinya.
“Aku tahu jalan cepat menuju kesana”, sahut Jong Hoon
enteng.
Jang Mi memandang Jong Hoon tak percaya. “Mwo? Seharusnya
daritadi kau bilang padaku. Kalau ada jalan yang lebih cepat”, ucap Jang Mi
agak marah.
Jong Hoon menatap Jang Mi. Sepertinya sedikit tidak
terima dengan perkataan Jang Mi.”Yaa, seharusnya aku yang bilang begitu. Kalau
saja kau mengatakan padaku terlebih dahulu. Kau tidak akan jalan sejauh ini”,
Jong Hoon tak kalah kesalnya.
“Kau terus saja bilang. ‘Ikuti saja aku. Ikuti saja aku’.
ciih”, ucap Jong Hoon sembari mengikuti nada bicara Jang Mi yang menurutnya
sangat cerewet itu.
“Algesseo. Na jalmothaeseo. Mianhae”, ucap Jang Mi
akhirnya. Ia tidak ingin terlalu jauh berdebat dengan namja disebelahnya ini.
Tak lama setelah perdebatan itu. Akhirnya mereka berdua
pun sampai. Jang Mi segera turun dan menyuruh Jong Hoon untuk mengikuti. tanpa
berkomentar, Jong Hoon pun mengikuti Jang Mi dari belakang. Ia mendorong troli
tanpa banyak bicara. Mengikuti dan terus mengikuti Jang Mi yang tengah sibuk
mengambil beberapa bahan makanan.
“Yaa, sudah kubilang kan aku tidak bisa memasak. Kenapa
kau harus membeli bahan makanan segala, huh??”, tanya Jong Hoon. Ia benar2
tidak mengerti jalan pikiran wanita itu.
“Kau diam saja”, tanggap Jang Mi singkat. Kemudian
kembali memilih bahan makanan. Dan kali ini Jong Hoon benar2 tidak berkata
apapun.
Sampai akhirnya mereka telah selesai berbelanja. Dan
mengantri dimeja kasir. Jong Hoon membantu Jang Mi meletakkan barang
belanjaannya walaupun dengan wajah masam. Jang Mi melirik Jong Hoon kemudian
tersenyum singkat.
“125.000 won”, ucap sang kasir setelah selesai menghitung
barang mereka.
Jang Mi segera menarik lengan baju Jong Hoon. Kemudian ia
menunjuk ke komputer kasir sembari tersenyum.
“Mwo?? 125.000 won”, perangahnya. Jang Mi hanya
mengangguk.
“Dan aku yang harus membayar?”, Jang Mi kembali
mengangguk.
“Kau yang berbelanja kenapa harus aku yang bayar”, ucap
Jong Hoon. Ia benar2 tak terima.
“Semua ini kan untuk simpanan mu. Ayolah, aku sedang
tidak ingin berdebat. Bayar saja”, suruh Jang Mi. Walaupun dengan tampang
kesal. Akhirnya Jong Hoon pun mengeluarkan dompet dan memberikan kartunya pada
kasir.
Jong Hoon menatap Jang Mi tajam. Tapi Jang Mi hanya
tersenyum manis dihadapannya.
“Sini, biar aku saja yang bawa”, Jang Mi mencoba
mengambil barang belanjaannya dari tangan Jong Hoon. Tapi Jong Hoon
berkali-kali menolaknya.
“Dwaesseo”, ucapnya kesal. Saat ini ia tengah marah pada
Jang Mi.
“Arasseo. Mianhae. Itu juga untukmu. Bukan untukku”, Jang
Mi menjelaskan. Tapi Jong Hoon menghiraukannya, kemudian berjalan duluan
meninggalkan Jang Mi dibelakangnya.
“Gezz, rupanya ia bisa ngambek juga”, gerutu Jang Mi. Kemudian menyusul Jong
Hoon yang sudah lumayan jauh.
###
Jong Hoon membuka pintu rumahnya dengan tidak sabaran.
Sebenarnya Jang Mi pun merasa tidak enak dengan Jong Hoon. Karena tidak
memberitahunya lebih dahulu. Tapi, kenapa masalah seperti ini harus
dibesar-besarkan. Seharusnya ia berterima kasih padanya. Bukan marah seperti
ini. Lama-lama dia mengerikan juga. Pikir
Jang Mi
Jang Mi mengikuti Jong Hoon yang meletakkan semua barang
belanjaannya diatas counter meja dapur. Setelah meletakkan semuanya. Jong Hoon
segera berbalik menuju ruang tamu. Kemudian ia membanting tubuhnya diatas sofa
dan menyalakan tv dengan volume besar.
“Kau masih marah??”, tanya Jang Mi yang tengah sibuk
memasukkan bahan makanan kedalam kulkas.
“MWO?”, teriak Jong Hoon.
Jang Mi hanya menggeleng. “Makanya kecilkan suara tv mu
itu”, Jong Hoon mengecilkan suara tv-nya.
“Kau masih marah padaku?”, tanya Jang Mi lagi.
“Menurutmu??”, ucap Jong Hoon dengan nada ketus.
“Sepertinya masih”, ucap Jang Mi. Kemudian ia memilih
untuk diam saja.
Jong Hoon lebih memilih sibuk untuk menonton tv daripada
memikirkan Jang Mi yang sedari tadi terus berada didapurnya. Entah apa yang
wanita itu lakukan. Ia pikir, Jang Mi hanya membereskan barang belanjaannya.
Tapi entah mengapa ia merasa itu sangat lama. Mungkin saja sekitar dua jam. Apa saja yang dilakukannya selama ini
didapur, pikir Jong Hoon.
Jong Hoon masih saja fokus pada layar tv didepannya.
Tidak menyadari Jang Mi yang tengah berdiri tak jauh darinya duduk.
“Yaa”, seru Jang Mi. Tapi Jong Hoon menghiraukannya.
“Aku segera pulang”
“Eo, pulanglah”, ucap Jong Hoon seakan mengusir.
“Makan malam sudah aku siapkan. Kau bisa memanaskannya
nanti”, ucap Jang Mi menghiraukan ucapan Jong Hoon yang ketus tadi padanya.
Jong Hoon mendongak kearah Jang Mi. Menatap dengan
tatapan bertanya. “Dari tadi aku memasak”, sahut Jang Mi tanpa ditanya.
“Aku tidak sedang bertanya”,
“Tapi tatapanmu yang bertanya. Sudahlah, sudah sore.
Sebaiknya aku pulang”, pamit Jang Mi seraya berjalan menuju pintu rumah Jong
Hoon.
“Josimhae”, ucap Jong Hoon datar. Sekejap Jang Mi menoleh
kearah Jong Hoon dan tersenyum.
“cukup baik”, gumamnya pelan. “Kanda”, Jang Mi pun keluar
dari rumah Jong Hoon.
Setelah beberapa langkah Jang Mi meninggalkan rumah Jong
Hoon. Jong Hoon segera berdiri, kemudian berjalan mendekati jendela rumahnya.
Ia menatap Jang Mi yang semakin jauh berjalan.
Jong Hoon berbalik menuju dapurnya. Ia membuka tutup
saji. Dan melihat beberapa hidangan disana. Jong Hoon menjuput salah satu
makanan yang ada dihadapannya dan mencicipinya.
“Enak”, ucapnya seraya tersenyum.
Continue....
0 komentar:
Posting Komentar