First and the Only One (Yoon Ji - Side)
cast :: Han Yoon Ji
Kim Myungsoo
genre :: romance, straight
“Aku
berdiri lurus didepanmu
Tapi
kau tak pernah melihat
Bahkan
sampai mata kita berdua bertemu pun
Kau
tak pernah menyadarinya
Bahwa
aku sangat mencintaimu”
Seorang yeoja berlari menyusuri
lorong yang kosong. Rambut panjangnya yang terikat terjuntai mengikuti gerak
langkahnya. Ia berlari menuju ruang kelasnya. Mencoba mengejar waktunya yang
hampir terlambat. Jika kali ini ia terlambat lagi masuk kelas, maka habislah
dia. Ini akan menjadi kedua kalinya dia dihukum.
Braakk .. pintu terbuka paksa. Yeoja itu terlihat terengah-engah
diambang pintu. Semua mata sekarang tertuju padanya. Ia tertegun sembari
menelan ludah dengan perlahan. Dengan takut ia menyunggingkan sebuah senyum
pada orang didepannya.
“Mianhae
sonsaengnim”, ucapnya agak gugup. Sedangkan Park sonsaengnim hanya diam dan
menatap tajam pada Yoon Ji. Park sonsaeng memang dikenal sangat kejam. Ia
bahkan tak banyak bicara pada murid-muridnya. Ia hanya bicara seadanya.
Lagi-lagi Yoon Ji
menelan ludahnya. Karena ditatap oleh Park sonsaeng. Ia hanya menunduk karena
kesalahannya. Park sonsaeng berdehem dan menggidikkan kepalanya. Menyuruh Yoon
Ji untuk keluar. Dengan berat hati Yoon Ji pun terpaksa keluar. Ia berdiri
diluar kelas sembari mengangkat kedua tangannya keatas. Sebuah hukuman yang ia
terima hari ini.
###
Yoon Ji menghela nafasnya
sembari memijit kedua lengannya yang terasa pegal. Jam Park sonsaengnim baru
saja berakhir. Dan setelah Park sonsaeng keluar dari kelasnya. Kedua temannya
terburu-buru menghampirinya dan membantunya masuk kedalam kelas.
“Ini ambillah”,
salah satu sahabatnya So Yeon memberikan
sekotak susu pada Yoon Ji. Ia merasa prihatin pada Yoon Ji yang mendapat
hukuman.
Yoon Ji tersenyum,”Gomawo”,
ia menerima susu dari So Yeon.
“Kenapa hari ini kau
terlambat?”, tanya Jae Hyun.
“Aku salah naik
bus”, jawab Yoon Ji santai.
Mata Jae Hyun
terbelalak,”Lagi”, ucapnya setengah berteriak. Ia heran kenapa temannya ini
bisa selalu salah bus. Bahkan waktu itu, ia pernah naik bus yang mengarah
namdaemun. Padahal ia ingin ke gangwondo.
“Aku terburu-buru”,
ucap Yoon Ji seadanya. Kedua temannya hanya menggeleng pasrah.
###
Yoon
Ji keluar dari kelas dengan setumpuk kertas ditangannya. Ia dipinta oleh wali
kelasnya untuk mengumpulkan makalah dan meletakkannya dimeja guru. Kedua
temannya berniat ingin membantu karena terlihat berat untuk dibawa sendiri.
Tapi Yoon Ji dengan halus menolaknya. Ia berpikir ini tanggung jawabnya. Dan ia
sendiri yang akan melakukannya.
Ia
berjalan sangat berhati-hati. Takut kertas-kertas itu jatuh dan berantakan.
Bahkan saat menuruni tangga pun ia harus memperhatikan anak tangga itu
satu-persatu.
Bruukk,,
seseorang tak sengaja menabraknya dari belakang saat ia baru saja turun dari
tangga. Kertas-kertas yang dibawanya jatuh berantakan. Sesuatu yang tidak ia
harapkan. Ia menoleh kebelakang melihat orang yang menabraknya itu. orang itu
sama sekali tidak menolongnya. Bahkan ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
Seperti kata minta maaf. Yoon Ji hanya bisa menghela nafas. Kemudian ia
merapikan makalah-makalah itu sendiri. Perlahan
sepasang kaki mendekat kearahnya. Setelah itu sebuah tangan membantu mengambil
kertas-kertas yang berhamburan didepan Yoon Ji. Setelah semua rapi, ia
memberikannya pada Yoon Ji dan membantu Yoon Ji berdiri.
“Gomawo”, ucap Yoon Ji datar.
“Sebaiknya kau hati-hati”, balas orang yang
ada dihadapannya.
“Ne”, Yoon Ji pun berlalu. Sedangkan orang itu
menatap punggung Yoon Ji dengan tatapan sedih.
*~*~*~*
Yoon
Ji tengah berjalan menuju supermarket. Kedua telinganya tersumpal dengan
headset. Dengan tenang ia berjalan menyusuri jalan sendirian. Setelah sampai
didepan supermarket ia segera masuk. Hari sabtu ini adalah jadwalnya untuk
berbelanja. Semua keperluannya sudah ia catat pada sebuah note yang ia
keluarkan dari saku jaketnya. kemudian ia pun mulai berbelanja. Dari kejauhan
seseorang tengah memperhatikannya.
Setelah
beberapa lama membeli bahan makanan. Yoon Ji pun akhirnya keluar. Ditangan
kirinya ia membawa sekantong besar barang belanjaannya. Dan ditangan kanannya
ia mengenggam sebuah eskrim. Ia memakannya dengan nikmat.
Yoon
Ji berjalan menuju halte bus. Ia duduk dikursi tempat pemberhentian bus sembari
menghabiskan eskrim yang masih tinggal sedikit. Dari kejauhan seseorang
menghampirinya. Orang itu duduk disamping Yoon Ji tanpa Yoon Ji sadari.
Yoon
Ji yang tengah menunggu bus datang. Tak sengaja menolehkan kepalanya dan ia
melihat orang yang sudah duduk disampingnya. Ia sedikit terkejut karena bertemu
dengan orang yang beberapa hari lalu sudah menolongnya.
“Heol”, gumamnya pelan. Wajahnya masih
terlihat kaget.
Orang itu mengambil stick eskrim yang masih
ada ditangan Yoon Ji. Kemudian menggantikannya dengan sekotak banana milk.
Yoon Ji melihat kearah banana milk yang
sudah ada ditangannya.”Gomawo” ucapnya sembari tersenyum. Kemudian mulai
menikmati banana milknya.”Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini”
“Siapa saja bisa bertemu tanpa sengaja”
ucapnya dingin. Tatapannya lurus kedepan. Yoon Ji sedikit melirik kearah orang
itu.
“Ucapannya sedingin wajahnya”, gumam Yoon Ji
lagi. Inilah sebabnya mengapa ia tidak ingin kenal dengan orang ini. Bahkan ia
tidak ingin tahu tentang orang yang ada disampingnya. Walaupun yeoja-yeoja yang
ada disekolahnya sangat menyukai wajahnya yang tampan dan sosoknya yang keren.
Tapi menurutnya itu bukan jaminan. Kalau sikapnya sangat dingin. Sedingin es.
Bahkan tatapannya pun sangat mengerikan. Yoon Ji sangat menghindari tatapannya.
Walau ia harus mengakui orang itu memiliki mata yang indah.
Tak
berapa lama, bus yang ditunggu Yoon Ji pun datang. Ia segera berdiri dan
beranjak untuk menaiki bus. Tapi tiba-tiba ia merasa seseorang mengambil kantong
belanjaannya. Namja itu berlalu disampingnya sambil membawa kantong
belanjaannya. Sikap namja itu yang tiba-tiba membuat Yoon Ji tertegun.
“Ya, kau tidak ingin naik”, seruan itu
menyadarkannya. Yoon Ji pun segera masuk kedalam bus. Sebelum bus itu pergi
meninggalkannya.
Didalam
bus, Yoon Ji masih merasa heran karena sikap namja yang ada disampingnya. Ia
perlahan melirik kearah namja itu. Yoon Ji mencoba menerawang. Sebenarnya apa
yang ada dipikiran namja itu sekarang.
“Wae?”, tanya namja itu tiba-tiba yang
membuat Yoon Ji terkejut. Matanya terlihat tajam. Yoon Ji cepat-cepat
memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin menatap mata itu.
###
Yoon
Ji buru-buru turun dari bus. Ia pun berjalan dengan terburu-buru. Ia sedikit
menoleh kebelakang. Dugaannya benar. Namja itu mengikutinya. Yoon Ji pun
memutuskan untuk berhenti. Ia menatap tajam pada namja itu.
“Yaa, kau mengikutiku??”, marahnya.
Namja itu berhenti dihadapan Yoon Ji. “Huh ?
mengikutimu ? yang benar saja”, ucapnya angkuh.”Aku sedang ada janji didaerah
sini. Lagi pula untuk apa aku mengikutimu”
“Kau jangan berbohong”, ucap Yoon Ji tak
terima. Ia memang ingin sekali-sekali untuk memaki namja dingin ini.
“Myungsoo-ya, Myungsoo”, dari kejauhan
seseorang memanggil nama namja itu. namja yang bernama Myungsoo itu melambai
pada temannya yang tengah berdiri didepan sebuah cafe.
Myungsoo memalingkan wajahnya. Ia melihat
Yoon Ji dengan matanya itu. “Lihat, aku tidak bohong kan”, ucapnya sembari
pergi meninggalkan Yoon Ji yang menggerutu tak jelas.
Dengan
perasaan kesal. Yoon Ji pun pergi. Ia melewati Myungsoo yang tengah berbicara
pada temannya itu. Myungsoo tersenyum saat melihat wajah kesal Yoon Ji yang
berlalu melewatinya.
*~*~*~*
Bel
tanda istirahat baru saja berbunyi. Kedua teman Yoon Ji segera mengajaknya ke
cafe sekolah. So Yeon dengan rasa tidak sabar mendorong tubuh Yoon Ji menuju
cafe. Disana bisa terlihat antrian yang lumayan panjang. Mengantri untuk
mengambil makanan. Melihat antrian yang begitu panjang serta perut yang terasa
sangat lapar, So Yeon dan Jae Hyun segera berlari menuju antrian meninggalkan
Yoon Ji yang berada dibelakang mereka. Yoon Ji hanya bisa menggeleng kepala
melihat kedua temannya itu. Walaupun ia juga merasa sangat lapar, tapi ia tidak
seperti mereka. Ia begitu santai melangkah menuju antrian. Yoon Ji berdiri tak
jauh dari Jae Hyun yang berada didepannya. Hanya dihalangi oleh dua orang
namja.
“Yoon Ji-yah, ppali ppali”, teriak So Yeon
tidak sabaran. Sebenarnya Yoon Ji hanya menunggu satu orang saja didepannya.
Tapi So Yeon benar-benar tidak sabar menunggunya. Padahal Yoon Ji sudah
menyuruhnya untuk mencari tempat duduk terlebih dahulu. Tapi ia ingin pergi
bersama Yoon Ji.
Saat
tiba giliran Yoon Ji. So Yeon pun menyuruh ahjumma untuk cepat-cepat memberikan
makanan pada Yoon Ji. Sedangkan Yoon Ji lagi-lagi hanya bisa menggeleng.
Setelah semua menu makanan masuk kedalam nampan Yoon Ji. So Yeon segera menarik
lengan Yoon Ji. Merangkulnya dan membawanya menuju Jae Hyun yang sudah menunggu
mereka.
Yoon
Ji melirik kedua temannya yang duduk dihadapannya. Kemudian ia melihat
kenampannya. Ia merasa seperti ada yang kurang pada nampannya itu. Lalu ia
kembali melihat dengan seksama. Ia baru menyadari, ia lupa mengambil minuman
kesukaannya. banana milk. Yang tak pernah sekalipun ia lewatkan. Tiba-tiba Yoon
Ji menunjukkan wajah masamnya. Kedua temannya yang melihat merasa heran.
“Wae??”, tanya Jae Hyun. Yang baru saja
menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
“Banana milk”, ucapnya manja. Jae Hyun hanya
tersenyum.
“Yaa, wae useo??”, kesal Yoon Ji.
“Neottaeme”, Yoon Ji menunjuk kesal kearah So Yeon. Karena So Yeon yang
menariknya terburu-buru. sehingga ia lupa mengambil minuman kesukaannya.
So Yeon menunjukkan wajah tidak suka.”Mwonde??”,
ia masih lahap dengan makanannya.
“Karena kau menarikku. Aku jadi lupa
mengambil banana milk ku”, keluh Yoon Ji.
“Geurae”, So Yeon tiba-tiba berdiri. Ia
kembali menarik Yoon Ji. Padahal Yoon Ji baru ingin menyuapkan makanannya.
“Mwoya?”, erangnya kesal.
“Ttarawa”, So Yeon menarik Yoon Ji menuju
counter makanan. Ia bertanya pada ahjumma untuk memberikannya banana milk. Tapi
jawaban ahjumma sungguh mengecewakan Yoon Ji.
“Maaf persediaan banana milknya sudah
habis”, ucap ahjumma. Sedangkan Yoon Ji hanya terdiam membatu. Bagaimana bisa
ia makan tanpa minumannya itu.
So
Yeon menatap Yoon Ji ikut merasa sedih. Ia menepuk-nepuk pundak Yoon Ji. Tapi
yang ia dapat dari Yoon Ji adalah tatapan seram dari yeoja itu. karena merasa
bersalah dan takut akan amarah Yoon Ji. So Yeon segera melarikan diri. Ia
membalikkan badannya dan kembali menuju tempat duduknya. Ia memakan makanannya
dengan lahap.
“So Yeon-ah”, teriak Yoon Ji dan segera
mengampiri So Yeon. Ia duduk dihadapan So Yeon. Kemudian ia menarik wajah So
Yeon yang tertunduk. Perlahan ia menyikap poni So Yeon yang menutupi dahinya.
So Yeon mencoba memejamkan matanya,”Yoon
Ji-yah, mianhae”, erangnya. Tapi Yoon Ji tidak peduli. Ia segera mengangkat
sebelah tangannya. Dan meletakkan telunjuknya didepan kening So Yeon. Bersiap
untuk menjentiknya.
TTAAK,,
bunyi yang terdengar sangat keras sekali. Setelah Yoon Ji melepas tangannya. So
Yeon hanya bisa tertunduk sambil menahan rasa sakit. Air matanya hampir saja
keluar, akibat sakitnya jentikkan dari Yoon Ji. Sedangkan Jae Hyun yang duduk
disamping So Yeon terlihat tidak peduli. Bahkan ia hampir selesai melahap
makanannya.
“Yoon Ji-yah, kalau kau mau ambil saja
milikku”, Jae Hyun menyodorkan minumannya kearah Yoon Ji.
“Tidak perlu. Lagi pula aku tidak begitu
suka dengan strawberry milk. gomawo”, tolak Yoon Ji dengan halus. Sembari
menghabiskan makanannya. Yoon Ji melirik kearah So Yeon. Dan melihat kening So
Yeon yang terlihat sangat merah. Yoon Ji merasa bersalah pada So Yeon.”So
Yeon-ah, mianhae”, ucapnya enteng.
So Yeon mendongak dan menatap Yoon Ji dengan
tatapan kesal,”Eoh”, ucapnya datar.
Tapi karena wajah So Yeon yang terlihat lucu
saat ia merasa kesal membuat kedua temannya itu tertawa puas. Wajah So Yeon
yang sedang kesal benar-benar terlihat lucu.
“Yoon Ji-ya. Neol wonhae?”, salah satu teman
sekelasnya tiba-tiba menghampirinya dan menyodorkan sekotak banana milk. Yoon
Ji tertegun sembari melihat kearah teman sekelasnya itu dan banana milk.
“Jinjjayo?”, tanyanya sedikit tak percaya.
Bahkan ia saja tidak begitu akrab dengannya. Bagaimana bisa ia tiba-tiba diberi
sekotak banana milk.
“Ne, ambillah”, yeoja itu menyodorkan banana
milknya pada Yoon Ji. Untuk menghargai kebaikannya, Yoon Ji pun mengambilnya
walau masih dengan tatapan herannya. Kemudian yeoja itu pun pergi.
Yoon Ji hanya memandangi banana milk itu.
Tanpa mau meminumnya. So Yeon yang mulai jengkel melihat sikap Yoon Ji
benar-benar tidak tahan lagi. Ia segera mengambil banana milk yang masih berada
ditangan Yoon Ji. Yoon Ji terlihat kaget, lalu memberikan tatapan tajam pada So
Yeon.
“Mwoya??”, ucapnya setengah berteriak pada
So Yeon.
“Yaa, bukannya dari tadi kau
menginginkannya. Kenapa sekarang hanya kau pandangi saja”, So Yeon bersiap
hendak meminumnya. Tapi Yoon Ji segera merampasnya. Yoon Ji mulai membuka dan
meminumnya.
“Aku hanya merasa heran. Kenapa tiba-tiba ia memberikan ini”, ucap Yoon Ji pada kedua temannya.
“Aku hanya merasa heran. Kenapa tiba-tiba ia memberikan ini”, ucap Yoon Ji pada kedua temannya.
Jae Hyun mengangguk. Menyetujui ucapan Yoon
Ji. Mereka saja jarang berbicara. Bagaimana orang itu bisa memberikan minuman
pada Yoon Ji begitu saja. “Menurutmu apa dia punya rencana jahat padamu?”, Jae
Hyun berpendapat.
Yoon Ji dengan cepat menggeleng,”Kurasa
tidak. Kami tidak pernah berselisih sebelumnya. Mana mungkin ia punya dendam
padaku”, jelas Yoon Ji.
“Tapi bisa saja kan”, So Yeon membuka suara.
Yoon Ji menoleh pada So Yeon,”Berpikir
positiflah dulu”
So Yeon mengangguk,”Eoh, arraseo”, bibirnya
terlihat manyun.
*~*~*~*
Festival
sekolah sedang berlangsung. Semua siswa sangat sibuk menyiapkan semuanya. Mulai
dari pameran, hiburan, cafe. Mereka menyiapkannya dengan rapi dilapangan.
Panggung yang sedari tadi sepi sekarang mulai dipenuhi dengan kerumunan orang.
Karena acara baru saja akan dimulai.
Yoon
Ji dan teman-teman sekelasnya tengah mengurusi cafe yang tak jauh dari
panggung. Sehingga ia bisa melihat salah satu temannya yang akan tampil tanpa
meninggalkan tempatnya. Sebagian temannya terlihat sibuk menyiapkan meja dan
melayani pelanggan yang datang. Sedangkan Yoon Ji memiliki tugas untuk
mengurusi dapur. Disana ia tidak sendirian. Ia bersama Jae Hyun dan temannya
yang lain.
Tak
begitu banyak yang datang ketempatnya. Bahkan mereka masih bisa bersantai dan
terkadang memakan makanan yang akan mereka jual. Sekilas Yoon Ji melirik kearah
panggung. Ia melihat Myungsoo yang naik keatas panggung sambil membawa gitar.
Disana Myungsoo terlihat celingukan seperti mencari sesuatu. Kemudian tiba-tiba
mata mereka bertemu. Myungsoo menatap tajam kearah Yoon Ji. Yoon Ji hanya
berpikir Myungsoo tidak sengaja melihatnya. Tapi entah mengapa anggapannya itu
salah. Myungsoo tersenyum padanya. Bukan senyuman sinis yang biasa ia tunjukan.
Tetapi senyuman manis yang jarang sekali terlihat dari bibirnya.
Hal
ini mengingatkannya pada waktu lalu. Yoon Ji bersandar pada tembok dan duduk
disalah satu anak tangga. Ia merasa kurang enak badan sehingga ia beristirahat
sejenak sebelum kembali kekelasnya. Tubuhnya terasa lelah setelah berkeliling
lapangan saat pelajaran olahraga. Ia memejamkan matanya. Kedua tangannya
terlipat diatas lututnya. Disaat itu seseorang duduk disampingnya. Yoon Ji bisa
merasakan keberadaan orang itu. Tapi ia menghiraukannya. Karena ia hanya ingin
beristirahat saat itu.
Saat
ia terbangun, ia melihat jaket yang terpasang dipundaknya. Ia bisa mengenali
siapa pemiliknya. Yang pasti seseorang yang ingin ia jauhi. Tapi akhir-akhir
ini, orang itu selalu muncul dihadapannya. Padahal sebelumnya ia jarang sekali
bertemu dengannya.
“Sudah bangun?”, suara dingin itu menyadarkan
Yoon Ji. Kening Yoon Ji terangkat, mimik mukanya berubah saat mendapati siapa
yang tengah berjalan menghampirinya. Yoon Ji hanya diam tidak menanggapi
pertanyaan Myungsoo.
Myungsoo tersenyum.
Senyuman yang sangat tidak bersahabat. Ia berjalan mendekati Yoon Ji. Ia
menjulurkan tangannya kearah Yoon Ji.
“Neon mwoya?”, Yoon Ji menjauhkan badannya
dari jangkauan Myungsoo.
“Aku hanya ingin mengambil ini”, Myungsoo
meraih jaket yang dipakai Yoon Ji.
Yoon
Ji berdecak. Kemudian ia berdiri dan beranjak pergi. Myungsoo bersandar pada
tembok yang berada dibelakangnya. Sebelah tangannya tengah memegang jaket.
“Yaa, kau tidak ingin berterima kasih”,
teriak Myungsoo pada Yoon Ji yang tidak terlalu jauh darinya.
Yoon Ji membalikkan badannya.”Tidak perlu”,
ucap Yoon Ji dingin seperti Myungsoo. Kemudian ia kembali berjalan meninggalkan
Myungsoo sendirian yang tengah tersenyum padanya.
“Yoon Ji-yah, mwohaneun geoya jigeum?”,
teriakan seseorang membangunkan Yoon Ji dari lamunannya. Yoon Ji menoleh
kebelakang dan mendapati Jae Hyun yang menatapnya. Yoon Ji segera
menghampirinya. Jae Hyun meminta bantuan Yoon Ji, karena mulai banyak pelanggan
yang datang.
Yoon
Ji memukul-mukul pundak Jae Hyun yang merasa pegal. Mereka istirahat sejenak,
sekaligus menunggu giliran teman mereka yang akan tampil diatas panggung.
“Eo”, Yoon Ji tiba-tiba berdiri dari
duduknya. Ia melihat temannya sudah ada diatas panggung. Yoon Ji menyenggol
lengan Jae Hyun. “Jae Hyun-ah, lihat. Jung Hwan sudah diatas panggung”
“Eodie”, Jae Hyun memfokuskan matanya
melihat kearah panggung.
“So Yeon-ah, Jung Hwanie, Jung Hwanie”,
teriak Yoon Ji pada So Yeon yang masih melayani pelanggan. Mendengar teriakan
Yoon Ji. So Yeon segera berlari. Ia meminta temannya untuk menggantikannya.
“Ppali”, Yoon Ji menarik So Yeon dan Jae
Hyun mendekat.
Yoon
Ji sangat bersemangat saat melihat Jung Hwan diatas panggung. Yoon Ji sangat
mengagumi suara Jung Hwan saat bernyanyi. Kalau saja Jung Hwan menjadi penyanyi, mungkin
ia akan menjadi fans nomor satunya Jung Hwan. Ia dan kedua temannya sangat
menikmati suara Jung Hwan. Suaranya terdengar lembut dan merdu.
“Jung Hwan-ah, saranghae”, ucap Yoon Ji, Jae
Hyun, dan So Yeon bersamaan.
“Chukhae, aku yakin kau pasti menang”, Jae
Hyun menepuk-nepuk pundak Jung Hwan.
Yoon Ji mengeluarkan kamera dari
sakunya.”Bagaimana kalau kita berfoto”, ajak Yoon Ji. Ketiganya mengangguk
setuju. Kemudian mereka mulai berpose. Jung Hwan berada ditengah sembari
memegang sebuket bunga. Yoon Ji merangkul lengan Jung Hwan dan ia pula yang
memegang kamera. Jae Hyun dan So Yeon berada disamping kiri Jung Hwan.
“Junbi, hana, dul, set...”, Yoon Ji
mengambil gambar. Mereka berempat tersenyum saat melihat hasilnya.
“Joha”, ucap So Yeon puas.
“Sepertinya kau senang sekali merangkul
dirinya”, Myungsoo yang kebetulan lewat berhenti dihadapan Yoon Ji. Yoon Ji
menatap Myungsoo bingung. Myungsoo memberikan tatapa dingin kearah Jung Hwan
dan Yoon Ji. Kemudian ia berlalu pergi. Yoon Ji sempat menoleh kebelakang
melihat Myungsoo.
“Mwoya keugae”, gerutu Yoon Ji yang masih
tidak mengerti dengan sikap Myungsoo. “Isanghae. Tiba-tiba datang dan tiba-tiba
pergi, ck”, Yoon Ji menggeleng frustasi. Menurutnya sikap orang itu benar-benar
aneh.
“Yoo Jin-ah”, panggil Jae Hyun.
Yoon Ji menoleh melihat Jae Hyun,”Eoh”
“Apa kau tidak merasa heran pada Myungsoo?”
“Wae ? dia sudah biasa terlihat dingin
seperti itu”
Jae Hyun menggeleng,”Aniya. Aku hanya merasa
ia menyukaimu”, pernyataan Jae Hyun membuat Yoon Ji tertawa geli.
“Mwo ? yaa, maldo andwae”, ucap Yoon Ji
sembari mengibas-ngibaskan tangannya.”aha, na meonjeo kanda”, Yoon Ji masih
tertawa geli sembari meninggalkan ketiga temannya itu. ia kembali menuju cafe.
“Kau berpikir seperti itu?”, tanya Jung Hwan
yang ikut penasaran setelah mendengar pernyataan Jae Hyun.
“Eoh”, Jae Hyun mengangguk.
“Kurasa dia menyukaiku”, Jung Hwan terkekeh.
“Nugu ? Myungsoo”, ucap So Yeon kaget.
“Aniya, Yoon Ji”
Jae Hyun menggeleng,”Jinjja maldo andwae”,
ucapnya sembari berlalu.
“Yaa, eodiga”, Jung Hwan segera menyusul Jae
Hyun yang berjalan menjauh.
*~*~*~*
Yoon
Ji berjalan menuju taman dibelakang sekolah. Jam pelajaran baju saja selesai.
Ia memilih untuk beristirahat sebentar disana sebelum pulang. Ia duduk disalah
satu bangku yang menghadap langsung kearah lapangan. Dari sana ia bisa melihat
siswa lain yang tengah berolahraga.
Ia
mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah headset yang segera terpasang dikedua
telinganya. Ia bersenandung mengikuti irama yang keluar dari handphonenya dan
menikmati begitu sejuk suasana itu. Angin yang berhembus lembut membuat
perasaannya tenang. Sejenak Yoon Ji memejamkan matanya sembari menyandarkan
badannya kebangku. Ia sangat menikmati saat-saat ini.
Dari
kejauhan seseorang mulai mendekatinya. Langkahnya sangat pelan dan terlihat
tenang. Ia berjalan menghampiri Yoon Ji. Bibirnya sudah menyunggingkan sebuah
senyum saat melihat wajah Yoon Ji. Ia berhenti tepat disamping Yoon Ji yang
masih memejamkan matanya itu. ia perlahan duduk disamping Yoon Ji tanpa berniat
untuk membuat Yoon Ji terbangun dan menyadarinya berada disana. Kalau ia tahu,
Yoon Ji bisa saja kabur terlebih dahulu.
Ia
akan melakukannya hari ini. Sebelum namja yang kemarin bernama Jung Hwan itu
mendahuluinya. Ia benar-benar tidak suka saat melihat Yoon Ji bersamanya saat
festival sekolah kemarin. Apalagi ia melihat Yoon Ji yang merangkul lengan namja
itu sembari menunjukkan senyum manisnya itu.
Sebuah
daun perlahan jatuh diatas wajah Yoon Ji. Myungsoo mengulurkan tangannya
mencoba meraih daun itu. secara tak sengaja ia memegang wajah Yoon Ji yang
lembut. Yoon Ji mengerjapkan matanya. Perlahan matanya mulai terbuka. Ia
membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. Kemudian ia melirik kesampingnya.
Ia mendapati Myungsoo yang sudah duduk disampingya.
Yoon
Ji sedikit terkejut. Ia segera mundur sehingga memberikan jarak diantara
mereka. Tapi Myungsoo segera meraih tangan Yoon Ji menahannya untuk tidak
mundur terlalu jauh darinya. Dan hal itu semakin membuat Yoon Ji kaget. Yoon Ji
sendiri bisa merasakan tubuhnya hangat. Ketika Myungsoo tiba-tiba memegang
tangannya. “Ada apa dengannya hari ini?”,gumamnya.
Yoon
Ji sungguh tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan Myungsoo. Namja yang selalu
dingin terhadap semua wanita yang mendekatinya tiba-tiba saja datang
dihadapannya dan memegang tangannya seperti saat ini. Yoon Ji mengerutkan
keningnya. Ia melepaskan sebelah headsetnya dengan tangan kirinya yang bebas
dari genggaman Myungsoo.
Tanpa ragu Yoon Ji bertanya,”Na... Johahae?”.
Yoon Ji tidak memperlihatkan ekspresi sama sekali saat mengucapkannya. Ia tidak
tahu harus terlihat seperti apa.
Myungsoo tersenyum. Bukan senyuman yang
biasa ia tunjukan dengan dingin. Tapi senyuman yang sangat lembut dari
sebelumnya. Myungsoo menggenggam kedua tangan Yoon Ji.”Haruskah kau bertanya
seperti itu?”
Yoon Ji memiringkan kepalanya. Hal ini
benar-benar membuatnya bingung.”Ne??”,mungkin saat ini wajahnya terlihat sangat
bodoh.
Myungsoo berdecak. Ia frustasi melihat Yoon
Ji yang belum menyadarinya. “Tidak bisakah kau melihatnya, Yoon Ji-yah”.
Myungsoo menekan nada suaranya.
“Nan molla”, ucap Yoon Ji polos.
“Neol joha. SARANGHAE. SARANGHAE”, teriak
Myungsoo.
Teriakan Myungsoo itu membuat mata Yoon Ji
terbelalak,”Eo, kau benar-benar menyukaiku?”
“Eoh”,jawab Myungsoo singkat.
“Jinjjaya?”
Myungsoo melepaskan tangan Yoon Ji. Kemudian
ia mengacak rambutnya frustasi.”Dwaesseo”, Myungsoo hendak beranjak pergi.
“Araseo.Araseo”, Yoon Ji buru-buru menahan
Myungsoo yang baru saja hendak berdiri meninggalkannya.
Myungsoo berbalik kemudian
bersandar pada bangku. Wajahnya terlihat dingin seperti biasanya. Tanpa
ekspresi. Mungkin ia merasa kesal dengan sikap Yoon Ji. Dengan kaki yang
menyilang dan tangan yang bertumpu diatas lututnya serta mata yang menatap
tajam. Ia benar-benar terlihat seperti Myungsoo yang ia kenal selama ini.
“Tapi, kau tidak takut dengan image mu itu?”
“Mwo??”, Myungsoo sekilas melirik Yoon Ji.
“Kau bisa kehilangan penggemar nantinya”
“Gwaenchana”, ucap Myungsoo singkat.
“Jinjja?”
“Selama ada kau disisiku. Untuk apa aku
membutuhkan yang lain”, Myungsoo menunjukan senyum liciknya.
“Tak kusangka dibalik sikapmu yang dingin,
kau punya hati yang lembut juga”, puji Yoon Ji.
“Kau baru menyadarinya”, suara Myungsoo
terdengar kecewa.”Aku sudah menunjukan sejak dulu, tapi kau baru menyadarinya
sekarang”, Myungsoo terlihat sangat kecewa.
“Ne?”, lagi-lagi Yoon Ji memperlihatkan
wajah bingungnya.
“Kau kira pertemuan kita selama ini hanya
ketidaksengajaan”
“Huh?”
“Kau kira kenapa kita bisa bertemu
disupermarket waktu itu”
Yoon Ji memicingkan matanya. Ia mulai
berpikir kembali mengingat saat itu. setelah sadar, ia mengarahkan telunjuknya
kedepan Myungsoo,”Neo..”, ucapnya.
“Geurae, aku mengikuti mu”, akunya pada Yoon
Ji.
Yoon Ji menggeleng tak menyangka Myungsoo
akan melakukan itu. benar-benar jauh dari sikapnya yang dingin. Tiba-tiba ia
tersenyum sendiri. “Oke, nado joha”, Myungsoo segera menoleh saat kata-kata itu
keluar dari mulut Yoon Ji.
“Jinsimiya?”
“Eoh”, Yoon Ji tidak bisa berhenti
tersenyum. Ia terkekeh pelan. Begitu pula dengan Myungsoo yang ikut tersenyum.
END
0 komentar:
Posting Komentar