Chapter 4 “Too hard to
forget this pain”
Halaman sekolah terlihat ramai. Banyak murid yang memilih
bermain sepak bola dari pada basket. Jang Mi dengan tenang duduk disebuah
bangku yang menghadap langsung pada lapangan basket. Baginya permainan basket sangatlah
keren. Dengan senyum yang terus merekah dibibirnya. Matanya tak pernah lepas
pada orang2 yang tengah memperebutkan bola basket itu.
Jong Hoon baru saja keluar dari ruangan kelasnya. Saat
melewati lorong kelas. Ia tak sengaja melihat Jang Mi yang tengah duduk
sendirian sambil memandang kelapangan basket. Bibirnya menyunggingkan senyum.
Kemudian bergegas menghampiri Jang Mi.
Jong Hoon berjalan pelan. Kedua tangannya berada didalam
saku depan. Jang Mi tidak menyadari keberadaan Jong Hoon yang sudah
dibelakangnya kini. Perlahan Jong Hoon merendahkan tubuhnya. Ia berbisik tepat
ditelingan Jang Mi.
“Mwohae ??”, Jang Mi sedikit kaget. Ia mendongak dan
mendapati Jong Hoon yang terkikik. Lucu melihat tampang Jang Mi.
“Yaa, Neo”, teriak Jang Mi agak kesal. Jong Hoon duduk
disamping Jang Mi. yeoja itu masih menatap Jong Hoon.
“Yaa, Mwoya”, Jong Hoon merasa terganggu dengan tatapan
Jang Mi yang ditujukan padanya itu.”Kau tahu tidak, kau terlihat sangat
menyeramkan sekarang”, cibir Jong Hoon. Kemudian matanya lurus melihat
permainan basket yang ada dihadapan mereka.
Jang Mi menggelengkan kepalanya. Kali ini ia tidak akan
berdebat terlalu panjang dengan Jong Hoon. Hari ini ia ingin menikmati suasana
seperti ini. permainan bola basket yang sangat ia rindukan. Mengingatkannya
pada seseorang.
~flashback~
Pandangan Jang Mi lurus. Tatapannya tak pernah lepas pada
namja itu. kadang ia tersenyum kadang ia merasa kecewa, saat namja itu berhasil
memasukkan bola atau gagal.
Perlahan namja itu menghampiri Jang Mi. tubuhnya penuh
dengan keringat. Bagaimana tidak hampir dua jam mereka berada dilapangan
basket. Dan namja itu terus bermain tanpa beristirahat.
Namja itu segera meraih handuk yang tersampir dibahu Jang
Mi. kemudian ia mengambil botol air yang diulurkan oleh Jang Mi.
“Gomawo”, ucap namja itu.
“Eoh”, balas Jang Mi sambil tersenyum.
Namja yang ada disampingnya itu menoleh padanya.
Tersenyum pada Jang Mi. kemudian membelai rambut Jang Mi.
“Jang Mi-ya”, panggilnya lembut.
“Ne??”
“Kau mau jadi pacarku?”, kata namja itu tiba2. Sangat
terlihat dengan jelas, kalau Jang Mi sedikit terkejut.
“Ne??”, Jang Mi minta penjelasan.
Namja itu berbalik menghadap Jang Mi. kali ini wajah
namja itu lurus dihadapan Jang Mi. “Apa kau mau jadi pacarku”, ucap namja itu
sekali lagi dengan jelas.
Jang Mi memiringkan kepalanya. Wajahnya terlihat
berpikir. Setelah itu ia tersenyum. Yang disambut senyum pula oleh namja
didepannya.
“Gomawo”
~flashback end~
“Kau sedang memikirkan apa?”, tanya Jong Hoon yang sedari
tadi memperhatikan Jang Mi melamun. Tatapannya lurus pada lapangan basket.
Jang Mi tersadar. Kemudian ia menggeleng menanggapi
pertanyaan Jong Hoon. Tiba2 Jang Mi berdiri beranjak meninggalkan Jong Hoon.
“Aku kembali kekelas dulu”, ucap Jang Mi sebelum benar2
pergi meninggalkan Jong Hoon.
Jong Hoon hanya menatap heran pada Jang Mi.
“Kenapa sikapnya tiba2 berubah”, pikir Jong Hoon.
###
Jang Mi
berjalan gontai saat menyusuri lorong untuk kembali kekelasnya. Entah kenapa
kenangan itu kembali datang, disaat Jang Mi berusaha untuk melupakannya.
Tersiksa memang saat kenangan indah terpaksa untuk dilupakan. Jang Mi tidak
ingin lagi terhubung dengan masa lalunya.
Jang Mi
tiba2 berhenti. Ia menatap kedepan. kelasnya tak jauh lagi. Tinggal beberapa
meter ia melangkah. Tapi ia memutuskan untuk tidak melangkah maju. Ia berbalik
kemudian berlari. Ia berlari menuju atap sekolah. Pikirannya sekarang sedang
berkecamuk. Ia tidak mungkin bisa berkonsentrasi seberapa keras pun ia mencoba.
Dan ditempat ini ia akan menenangkan pikirannya.
Tak lama
ia akhirnya sampai diatap gedung sekolah. Ia melangkah menuju tepi gedung.
Berdiri ditepi pagar besi. Ia mulai memejamkan kedua matanya. Rambutnya yang
terurai berkibar indah diterpa angin. Saat ini ia merasa lepas. Tubuhnya terasa
ringan. Ia berpikir, berapa lama lagi ia harus menyimpan kenangan ini. ia
selalu saja mengingat namja itu. namja yang pergi dari sisinya secara tiba2. Yang
hilang begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Pipinya
mulai basah. Dengan kedua mata yang masih tertutup. Setetes air mulai turun
menuruni pipinya. Ia berharap, dengan turunnya air mata ini. Akan menghapus
sedikit kenangan yang ada dibenaknya. Tubuhnya mulai merosot. Ia menekuk kedua
lututnya dan memeluknya erat. Saat ini, ia ingin benar-benar melepaskan
bebannya.
###
Jong
Hoon berlari keluar kelasnya menuju kelas Jang Mi. Kedua temannya saja tak
sempat menyapanya. Karena ia keluar dengan terburu-buru. Entah mengapa, hatinya
mengatakan bahwa ia harus bertemu dengan Jang Mi. Dengan senyum yang
tersungging dibibirnya. Ia berlari menuju kelas Jang Mi. Menghiraukan segala
tatap mata yang tengah menatapnya heran.
Jong
Hoon berdiri tepat didepan kelas Jang Mi. Tangannya berpegang pada ambang
pintu, sementara matanya menjelajah keseluruh ruangan. Tapi ia tak melihat
sosok Jang Mi sama sekali. Lalu, salah seorang teman Jang Mi berjalan kearah
Jong Hoon. Yeoja itu mengenal Jong Hoon, karena akhir-akhir ini ia sering
terlihat bersama Jang Mi.
“Kau mencari Jang Mi??”, tanya Ji Eun –teman Jang Mi.
“Ne, Geunyeoneun isseoyo??”, tanya Jong Hoon. Matanya
masih mengarah kedalam kelas.
“Eobseo”
“Ne??”
“Eobtageuyo. Dari tadi ia tidak masuk kelas. Aku tidak tahu dia kemana”, jelas Ji Eun. Kemudian segera meninggalkan Jong Hoon yang terdiam didepan pintu untuk beberapa saat.
“Eobtageuyo. Dari tadi ia tidak masuk kelas. Aku tidak tahu dia kemana”, jelas Ji Eun. Kemudian segera meninggalkan Jong Hoon yang terdiam didepan pintu untuk beberapa saat.
Jong
Hoon melirik kesegala arah berusaha mencari keberadaan Jang Mi. Tapi yeoja itu
sama sekali tidak bisa ia temukan. Ia pun kembali berlari. Ia merasa ada yang
aneh pada Jang Mi. Akhir-akhir ini ia terlihat murung. Tidak seperti biasanya.
Saat ia berlari, menuju cafetaria. Ia tak sengaja melihat Jang Mi yang baru
menuruni tangga dari lantai atas. Jong Hoon berhenti secara tiba-tiba. Ia
memundurkan langkahnya dan menatap Jang Mi.
Jang Mi
menuruni tangga dengan sangat gontai. Matanya masih terlihat merah karena habis
menangis. Mukanya terlihat pucat. Sedari tadi Jang Mi terus memegangi sebelah
kepalanya. Jong Hoon yang melihatnya segera menghampiri Jang Mi.
“Yaa, neo gwaenchana??”, Jong Hoon segera memegangi bahu
Jang Mi. Mengetahui keadaannya Jang Mi yang terlihat lemah.
“Eung, Joonie-ya. Gwaenchana, gwaenchana. Geogjeongma”,
Jang Mi mencoba tersenyum pada Jong Hoon. Ia tidak ingin terlihat lemah. dengan
pelan ia menyingkirkan tangan Jong Hoon. Tapi Jong Hoon tetap memegangi
bahunya.
“Ku bantu kau keruang kesehatan”
“Andwaeyo, aku ingin kembali kekelas”
“Kau sedang tidak sehat Jang Mi”
Jang Mi melepaskan tatapannya kearah Jong Hoon. Saat ini
ia merasa gusar. Dan saat ini ia tidak ingin dipaksa. Jang Mi menyingkirkan
tangan Jong Hoon yang sedari tadi memegangi bahunya dengan kasar. Pikirannya
sedang kacau. Ia hanya ingin sendiri saat ini.
“Aku ingin kembali. Ttarajima”, ucapnya kasar pada Jong
Hoon. Kemudian ia kembali berjalan menuju kelasnya. Walaupun sedikit goyah, ia
mencoba untuk sampai kekelasnya.
Karena
merasa khawatir. Jong Hoon menghiraukan ucapan Jang Mi untuk tidak
mengikutinya. Ia mengikuti Jang Mi dengan pelan. Tetap menjaga jarak agar Jang
Mi tidak menyadari keberadaannya.
Jang Mi
masuk kedalam kelasnya. Dibantu dengan kedua temannya. Ia duduk dikursi. Tubuhnya
masih terasa lemah. Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat. Ia merebahkan
kepalanya keatas meja. Jong Hoon mengikuti Jang Mi sampai kekelas. Ia merasa
lega saat melihat Jang Mi dengan selamat kembali kekelas.
Selama
pelajaran, pikiran Jong Hoon terganggu. Ia takut sesuatu terjadi pada Jang Mi.
Melihat keadaan Jang Mi tadi yang terlihat kurang sehat. Ia sama sekali tidak
mendengar apa yang tengah dijelaskan oleh gurunya. Yang tengah ada dipikirannya
adalah keadaan Jang Mi. Apakah saat ini ia baik-baik saja?
Dilain
sisi, Jang Mi hanya bisa tertidur diatas mejanya. Temannya sudah meminta izin
pada guru yang akan mengajar dikelasnya. Untuk membiarkan Jang Mi beristirahat.
Karena Jang Mi terlihat sedang tidak enak badan. Dan selama pelajaran itu, ia hanya
tidur sembari menenangkan pikirannya. Ia sama sekali tak kuat, walau hanya
mengangkat kepalanya untuk sementara.
Beberapa
menit lagi kelas selesai, Jong Hoon sama sekali tidak sabar. Ia terus melirik
ke jam tangannya. Dan memperhatikan guru
didepan untuk segera menyelesaikan ucapannya.
“Baiklah anak-anak, kita akan melanjutkannya minggu
depan..”, Park saengnim membubarkan kelasnya. Jong Hoon yang sedari tadi sudah
bersiap dengan tasnya. Segera berlari keluar. Tujuannya hanya satu, melihat
keadaan Jang Mi.
Jong
Hoon sedikit terengah-engah. Ia mencoba mengatur nafasnya kembali normal.
Sekarang ia sudah berdiri didepan kelas Jang Mi. Disana ia melihat kedua teman
Jang Mi yang mencoba untuk membantu Jang Mi berdiri. Disaat itulah Jong Hoon
mengambil alih. Ia berjalan kearah mereka, dan berdiri tepat disamping Jang Mi.
“Biar aku yang mengantarnya pulang”, ucap Jong Hoon yang
segera mengendong Jang Mi ke punggungnya.”Bertahanlah”, bisik Jong Hoon.
Jong
Hoon pun membawa Jang Mi pulang. Kedua teman Jang Mi membantu Jong Hoon untuk
memberhentikan sebuah taxi. Setelah taxi datang, Jong Hoon merebahkan tubuh
Jang Mi. Lalu taxi pun mulai melaju. Jong Hoon memegang kepala Jang Mi, lalu
meletakkannya keatas bahunya. Membuat Jang Mi merasa nyaman. Saat ia memegang
kepala Jang Mi, ia merasa suhu badannya panas. Yang membuat Jong Hoon semakin
khawatir.
Jong
Hoon kembali menggendong Jang Mi. Ia setengah berlari menuju pintu rumah Jang
Mi. Ia mengetok pintunya dengan tidak sabar. Sesekali ia melihat kebelakang.
Melihat keadaan Jang Mi. Ia masih tertidur atau mungkin saja pingsan.
“Hyung”, panggil Jong Hoon. “Hyung”
Jong
Hoon terus memanggil kakak Jang Mi. Untuk segera membukakannya pintu. Tapi
pintu rumah Jang Mi tak kunjung dibuka. Jong Hoon terus saja memanggilnya.
Bahkan ia berteriak. Beberapa menit kemudian, pintu pun akhirnya terbuka.
Terlihat Jang Woo berdiri dibalik pintu. Matanya terbuka lebar, saat melihat
siapa yang ada dibalik punggung Jong Hoon. Jang Woo segera menghampirinya dan
menarik Jang Mi dari punggung Jong Hoon. Jang Woo menggendong Jang Mi dan
segera membawanya kekamar. Jong Hoon ikut berlari mengiringi Jang Woo yang
mengantarkan Jang Mi kekamarnya.
“Tolong kau ambilkan handuk dan air hangat”, pinta Jang
Woo setelah ia merebahkan Jang Mi.
Jong Hoon yang sedari tadi berada dibelakang Jang Woo.
Langsung mengangguk dan ia setengah berlari menuju dapur. Mengambil mangkuk
dengan air panas dan sebuah handuk. Kemudian ia memberikannya pada Jang Woo.
“Gomawo”, ucap Jang Woo singkat. Kemudian dengan cekatan
ia meletakkan handuk basah kekening Jang Mi. Sedangkan Jong Hoon yang masih
berdiri disamping Jang Woo, menatap Jang Mi dengan tatapan khawatir.
Perasaannya sama sekali tidak bisa tenang. Melihat keadaan Jang Mi yang seperti
ini, membuat pikirannya kacau. Hatinya ikut terasa sakit.
Jang Woo
melihat kearah Jong Hoon. Saat ini Jong Hoon terlihat sangat berantakan sekali.
Mungkin saja ini akibat ia terus berlari hari ini. Sekilas Jang Woo tersenyum.
Ia merasa telah menemukan orang yang tepat untuk melindungi adiknya. Tapi,
mungkin ini belum saatnya.
“Jong Hoon-ssi, terima kasih sudah mengantarkan Jang Mi.
Sekarang lebih baik kau pulang”
Jong Hoon mengarahkan pandangannya pada Jang Woo,”Hyung,
bolehkah aku bermalam disini? Bolehkah aku menjaga Jang Mi”, pinta Jong Hoon
tulus.
“Yaa, neo nongdam itji??”, tanya Jang Woo seraya memukul
pundak Jong Hoon pelan.
“Aniyo Hyung. Jinsimiya”,
Jang Woo terkekeh,”Yaa, kau kira rumah ku ini penginapan.
Tentu saja tidak boleh”
“Tapi aku ingin menjaga Jang Mi”
“Aku kakaknya jadi aku yang harus menjaganya. Lebih baik
kau pulang saja. Besok kau boleh kembali lagi kemari”, Jang Woo mendorong pelan
tubuh Jong Hoon keluar kamar.
“Tapi Hyung”, Jong Hoon bersikeras untuk tetap tinggal.
“Tidak”, ucap Jang Woo tegas. Kini ia sudah mengantar
Jong Hoon sampai ke pintu keluar.”Sebaiknya kau pulang sekarang. Annyeong”
“Hyung.. Hyung...”, pintu tertutup tepat didepan wajah
Jong Hoon. Ia pun pulang dengan raut wajah kecewa.
“Geurae, besok aku akan kembali”, gumamnya pada diri
sendiri. Akhirnya ia pun melangkah pergi. Meninggalkan rumah Jang Mi.
###
Sekarang
pikiran Jong Hoon sangat kacau. Ia terus mondar-mandir disekitar ranjangnya. Ia
tak henti-hentinya mengkhawatirkan Jang Mi. Ia menggenggam sebuah ponsel.
Mencoba untuk menghubungi Jang Mi. Ingin menanyakan keadaan yeoja itu. Tapi ia
urungkan niatnya itu, karena ia takut menganggu Jang Mi. Tapi tetap saja, ia
merasa tidak tenang.
Akhirnya
ia menyerah dan merebahkan dirinyan keatas ranjang dengan kasar. Ponselnya ia
lempar dengan asal. Ia memejamkan mata dengan ditutupi sebelah lengannya. Ia
mencoba untuk menenangkan dirinya. Besok ia akan mengunjungi Jang Mi.
***
Jong
Hoon mulai bersiap-siap. Hari ini hari minggu dan jam masih menunjukkan pukul
enam pagi. Tidak biasanya Jong Hoon bangun pada pukul seperti itu. Ia memang
sengaja bangun pagi. Ia ingin segera pergi kerumah Jang Mi. Dan melihat
bagaimana keadaannya.
Setelah
siap. Ia segera turun dari kamarnya. Mengambil kunci mobil. Lalu, iapun melesat pergi. Tak lupa ia membawa sebuket
bunga dan buah-buahan. Saat hendak menuju kerumah Jang Mi.
Ting Tong... Jong Hoon memencet bel rumah Jang Mi.
Beberapa menit kemudian terlihat Jang Woo yang membuka pintu itu.
“Annyeonghaseyo, Hyung-nim”, sapa Jong Hoon.
“Eo, Annyeonghaseyo. Neo wasseo?”
Jong Hoon mengangguk,”Ne Hyung”.
Jang Woo tersenyum, kemudian segera mempersilakan Jong
Hoon untuk masuk.
“Tak kusangka kau akan datang sepagi ini”, ucap Jang Woo
sembari berjalan mengantarkan Jong Hoon menuju kamar Jang Mi. Sedangkan Jong
Hoon hanya bisa tersenyum saja mendengar ucapan Jang Woo.
“Apa kau sangat mengkhawatirkannya??”, tanya Jan Woo.
Kini mereka berdua sudah ada di depan pintu kamar Jang Mi.
Jong Hoon lagi-lagi tersenyum. Ia mengangguk
perlahan.”Ne, Hyung”, jawabnya pelan.
“Kau mencintainya?”, tanya Jang Woo secara tak terduga.
“NE??”, Jong Hoon setengah berteriak kemudian segera
menutup mulutnya. Karena sadar suaranya dapat membangunkan Jang Mi.
Jang Woo terkekeh saat melihat reaksi Jong Hoon,”Ahaha,
tidak usah kaget seperti itu. Aku hanya bercanda”, Jang Woo menepuk pundak Jong
Hoon pelan.”Ayo masuk”, ajaknya kemudian.
Jang Woo pun mengajak Jong Hoon masuk kedalam. Disana
Jang Mi sudah terlihat santai. Ia bersandar sembari mendengarkan lagu dengan
earphone yang terpasang ditelinganya. Jang Woo dan Jong hoon perlahan
menghampiri Jang Mi. Jong Hoon menyapanya saat mata Jang Mi mengarah padanya.
“Annyeong”, sapanya. Kemudian ia memberikan sebuket bunga dan buah pada Jang
Mi.
Jang Mi yang menyadari kehadiran mereka. Segera melepas
earphone-nya. Ia menyambut Jong Hoon dengan senyum dan menerima bunga dari Jong
Hoon. Sedangkan Jang Woo dengan sigap menerima buah dari Jong Hoon.
“Neo eottae??”, tanya Jong Hoon.
“Sudah sedikit baikan”, jawab Jang Mi. Suaranya masih
terdengar lemah.
Jang Woo
yang berdiri tepat dibelakang Jong Hoon segera mungur. Ia perlahan membuka
pintu.”Sebaiknya aku keluar dulu. Ku tinggal kalian berdua”, pamit Jang Woo,
lalu iapun keluar dari kamar Jang Mi.
Jong
Hoon sekilas tersenyum pada Jang Woo hingga orang itu tidak terlihat lagi.
Kemudian ia beralih menatap Jang Mi. Ia perlahan menghampiri Jang Mi dan duduk
disampingnya.
“Ingin buah?”, tanyanya basa-basi sembari menunjuk buah
yang ia bawa tadi. Jang Mi mengangguk dan tersenyum. Ia merasa saat ini Jong
Hoon terlihat manis.
Jong
Hoon terlihat sangat kesulitan saat mengupas buah. Ia memang tidak terbiasa
memakai pisau. Walaupun ia hanya sendirian dirumah ia tidak terbiasa memasak.
Dan inilah hasilnya. Ia mengupas buah dengan berantakan. Jang Mi yang
mengamatinya sedari tadi, tidak henti-hentinya tertawa melihat Jong Hoon.
Karena
tidak tahan melihat Jong Hoon yang begitu lama mengupas buah, apalagi ia
memakai pisau dengan sembarangan. Ia berniat untuk membantu Jong Hoon. Jang Mi
mengulurkan tangannya kehadapan Jong Hoon.
“Wae??”, Jong Hoon terlihat bingung.
“Biar aku yang mengupasnya. Nanti kau bisa terluka”
“Andwae, biar aku saja”, Jong Hoon bersikeras
melakukannya sendiri. Melihat ketulusan Jong Hoon. Jang Mi pun membiarkannya.
“Jong Hoon-ah”, panggil Jang Mi disela-sela Jong Hoon
masih mengupas buah.
“Eo, mwoga??”,
“Mianhae, karena kemarin aku sudah menyusahkan mu”
Jong Hoon tersenyum menatap Jang Mi. Ia memberikan buah yang
sudah ia kupas bersih.”Demi kamu, aku siap melakukan apa saja”, Jang Mi ikut
tersenyum saat mendengar ucapan manis dari Jong Hoon.
“Maaf aku belum bisa membalas mu sekarang”, lanjut Jang
Mi. Ia menatap Jong Hoon dengan tatapan bersalah, sedangkan Jong Hoon hanya
tersenyum tulus. Ia menjaga Jang Mi dengan baik. Bahkan ia menyanyikan lagu
untuk Jang Mi. Sekaligus mewakili perasaannya yang semakin sayang pada Jang Mi.
Continue...
0 komentar:
Posting Komentar